Memikirkan Ulang yang Kita Makan

- 16 Februari 2023, 09:55 WIB

Produksi makanan menghasilkan satu perempat dari emisi gas rumah kaca dunia. Kebanyakan dihasilkan dari daging sapi dan susu. Produksi daging sapi dan susu ini menyumbang hampir 15% dari emisi gas rumah kaca yang ada di seluruh dunia. Memproduksi makanan juga mengakibatkan masalah lain seperti polusi, hilangnya keanekaragaman hayati, kontaminasi tanah dan kelangkaan air.

Dilansir laman www.dw.com, konsumsi makanan di seluruh dunia meningkat selama beberapa dekade. Negara-negara berpenghasilan tinggi seperti Amerika Serikat dan Jerman menjadi negara yang paling banyak mengonsumsi makanan. Pada saat yang bersamaan, PBB memperkirakan rumah tangga di seluruh dunia membuang sebanyak 11% dari jumlah makanan yang tersedia (meskipun survei ini tidak mencakup negara-negara berpenghasilan rendah). Jadi, mengapa kita membeli makanan lebih banyak dari yang kita bisa konsumsi?

Menurut Chrzan, manusia, khususnya spesies kita saat ini secara tidak sadar memiliki ketakutan akan kelaparan. Rasa takut akan kelaparan ini berawal dari masa sulit untuk mendapatkan makanan berabad-abad lalu.

“Kita punya keinginan lahiriah atau keinginan bawaan sebagai manusia, sebagai makhluk hidup, untuk memastikan kita punya cukup makanan untuk kita dan untuk anak-anak kita,” ujar Chrzan.

“Jika Anda berpikir lingkungan Anda akan terancam, Anda khawatir tidak akan mendapatkan makanan atau Anda kehabisan makanan, maka Anda akan memiliki kecenderungan untuk menimbun makanan yang anda telah dapat.”

Bagaimana cara untuk memilih makanan?

Selain adanya fakta bahwa manusia butuh makanan untuk bertahan hidup, ada beberapa faktor lain yang memengaruhi manusia untuk memilih atau membeli makanan apa yang ada di pasar swalayan.

Seorang sosiolog makanan Bernama Stefan Wahlen dari University of Giessen di Jerman mengatakan meskipun ada masalah kecil, 95% orang akan cenderung memilih makanan yang sama.

“Anda makan setiap hari, walaupun Anda mungkin ingin mencoba makanan yang baru, supaya ada sedikit variasi dari apa yang biasanya kita makan,” katanya. Dia juga menambahkan rutinitas tersebut membantu kita untuk bisa mendapatkan makanan yang beragam sehari-hari.

Saat pembeli melihat begitu banyak pilihan makanan di pasar swalayan, konsumen atau pembeli akan memilih makanan dengan cepat sesuai dengan kebiasaan mereka. Kebiasaan konsumen sangat sulit untuk diubah karena pilihan makanan dan pola makan sangat melekat dalam hidup mereka.

Halaman:

Editor: Huminca Sinaga

Sumber: DW.com


Tags

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x