Network
KORAN PR - SUVENIR Piala Dunia U-20 Indonesia 2023, Rabu, 8 Maret 2023 secara resmi diluncurkan oleh Local Organizing Committe (LOC). Ada 53 jenis kategori produk yang ditawarkan oleh PT Juara Raga Adidaya (JUARAGA) sebagai pemegang lisensi merchendise resmi untuk Piala Dunia U-20 2023.
Produk-produk cenderamata ini merupakan produk lokal yang 95 persen bahan bakunya dibuat di Indonesia dan melibatkan UMKM sebagai mitra produksi. Harga yang dibanderol pun beragam, mulai yang termurah sekitar Rp 70ribuan seperti gantungan kunci dan tempelan magnet, hingga yang termahal jaket dengan berbagai tipe yang dibandrol seharga Rp 800ribuan. Selain gantungan kunci dan jaket, beberapa jenis cenderamata lain yang akan dijual adalah T-Shirt, jersey, topi, tas, dan sendal.
Ketua Umum PSSI yang juga Ketua LOC Piala Dunia U-20 Indonesia 2023, Erick Thohir mengatakan jika terlibatnya produk lokal dalam perhelatan terbesar kedua di sepakbola dunia ini merupakan terobosan besar. Terutama untuk memperkenalkan produk-produk lokal Indonesia.
"Cenderamata resmi ini adalah bagian dari kami untuk memeriahkan event terbesar kedua FIFA yakni Piala Dunia U-20. Ayo, segera viralkan," ujarnya dalam acara peluncuran suvenir resmi Piala Dunia U-20 2023 di FX Sudirman, Jakarta, Rabu, 8 Maret 2023.
Menurut Erick, masyarakat Indonesia beruntung bisa menyaksikan langsung perhelatan besar ini. Karena ajang yang melibatkan 24 negara peserta ini dinilainya bisa menjadi pentas yang membuka jalan bagi pemain-pemain belia dunia untuk menjadi bintang di masa depan.
"Banyak bintang dilahirkan di event ini, setelah mereka menjadi juara. Contoh, Lionel Messi, Diego Maradona, Paul Pogba, dan Harry Cane. Artinya, turnamen ini sangat luar biasa untuk kita semua melihat calon-calon bintang sepak bola dunia. Jangan kaget kalau di kejuaraan saat ini nanti banyak juga klub-klub besar mengirimkan "talent scouting"-nya dan para pemain Timnas kita juga bisa dilihat mereka," katanya.
Dengan waktu pelaksanaan yang tersisa 73 hari lagi, menurutnya penting negara hadir. Tanpa dorongan dari pemerintah, komunitas sepakbola, dan jika tidak ada komunikasi dengan FIFA maka hal ini tidak mungkin terjadi.
