Hal yang membedakannya adalah kalau al-khasyyah, rasa takutnya benar-benar dari dalam hati (tanpa ada unsur paksaan). Sementara kata al-khauf, rasa takutnya tidak murni, melainkan ada unsur paksaan, karena ancaman. Berbekal rasa takut tersebut kita menyiapkan generasi ke depan agar tidak menjadi generasi yang lemah, baik iman, ahlak, pendidikan, jasmani, dan segala aspeknya.
Hal yang kedua adalah takwa kepada Allah swt. Bahwa dalam menguatkan keluarga perlu ketakwaan dalam menghadapi segala ujian dan tantangannya yang jelas tidak mudah supaya tidak mudah masuk ke dalam jurang keputus asaan ataupun kemaksiatan, dan menghadirkan rahmat dalam kehidupan keluarga.
Hal ketiga adalah perkataan yang benar (qaulan sadiidan). Implementasi nilai-nilai ketakwaan di momen Ramadan adalah dengan menjaga lisan dan hanya mengeluarkan perkataan yang benar. Karena dengan qaulan sadiidan sesulit apa pun kita akan menjaga diri untuk tidak mendoakan yang buruk kepada pasangan maupun anak-anak, menghindari segala bentuk kekerasan dalam rumah tangga baik verbal maupun fisik.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar. (QS Al-Ahzab:70-71).
Semoga bulan Ramadan tahun ini bisa menjadi yang terbaik bagi kita dan dapat menjadi wasilah kebaikan dalam menguatkan seluruh institusi keluarga di Indonesia.***