Sementara itu, studi pada tiga desa yang rentan terdampak bencana: Desa Padaawas, Desa Karyamekar dan Desa Cihawuk terkesan rentan. Desa-desa itu perlu bekerja keras membangun referensi mitigasi dan kesiapsiagaan hadapi bencana.
Potensi Bencana
Menilik kerapuhan bentang alam di Kaki G. Papandayan tersebut, maka bencana yang dipicu ketidakramahan cuaca dan curah hujan (hidrometeorologi) dan erupsi, adalah jenis bencana yang perlu menjadi perhatian. Sejarah mengkonfirmasi, bahwa erupsi Gunung Papandayan tercatat beberapa kali sejak tahun 1772, dan terakhir meletus tahun 2002 (https://vsi.esdm.go.id) dengan korban yang tidak sedikit.
Apalagi bencana tanah longsor dan banjir, sangat berhubungan dengan curah hujan tinggi di sekitar kawasan itu. Pada tahun 2022 terjadi tanah longsor sebanyak 255 kali (47%) dan banjir 181 kali (34%), 20 kejadian di antaranya di Kecamatan Pasirwangi, lokasi beradanya Desa Padaawas dan Karyamekar tempat kami studi di Kabupaten Garut (https://infolaras.bpbd.
Bahaya dan kerentanan
Dinamika perubahan tutupan hutan, praktek pertanian yang tidak ramah lingkungan dan kerentanan masyarakat desa di kaki Gunung Papandayan, adalah persoalan kompleks, yang membutuhkan pendekatan inklusif. Budaya bertani yang cenderung resisten terhadap perubahan. Ancaman curah hujan yang tinggi dan perubahan iklim. Ditambah sumberdaya yang terbatas dan indikasi saling bersilangnya arah kebijakan pembangunan, membuat masyarakat dan daerah itu kian rentan.
Pemerintah harus lebih gencar sosialisasikan potensi ancaman dan bahaya bencana di sana. Dilanjutkan dengan peningkatan kapasitas sumberdaya manusia dalam mengurangi resiko, menghindari, bahkan menghadapi bencana. Masyarakat desa-desa yang potensial terdampak harus menjadi prioritas.
Lalu, evaluasi penataan dan pemanfaatan kawasan hutan di wilayah itu juga perlu segera dilakukan. Diikuti dengan koordinasi para pihak dan promosi praktek bertanam yang ramah lingkungan dan produktif seperti agroforestry (kombinasi tanaman pertanian dan kehutanan).
Peran para penyuluh, akademisi/peneliti, LSM dan kalangan swasta sangat diperlukan dalam sosialisasi ini. Demikian juga media massa dan media sosial, karena kekuatan, jangkauan dan kecepatan dalam menyebarluaskan informasi.
Pendekatan penyelesaian masalah