Oleh: Samti Wira
Direktur Riset Forum Strategis Diplomasi Pertahanan Indonesia atau Defense Diplomacy
PERDAMAIAN dunia menjadi topik pembicaraan yang semakin hangat diperbincangkan. Tidak sampai disana, berbagai upaya menuju tercapainya stabilitas keamanan global juga dilakukan oleh berbagai negara. Perang Rusia dan Ukraina, Konflik Laut Cina Selatan, Konflik Cina dan Taiwan, Kondisi di Semenanjung Korea yang memanas, hingga keberadaan kerja sama keamanan kolektif yang bersifat binding seperti NATO, FPDA, dan AUKUS seakan menjadi bentuk manifestasi dari kekhawatiran dunia akan ketidakpastian rasa aman di masa depan. Terutama isu tentang pengembangan senjata nuklir yang dilakukan oleh Cina, Iran, India, Rusia, Korea Utara, dan Amerika Serikat (AS) semakin menguatkan upaya manifestasi dari tiap negara untuk menjamin keselamatan dan kelangsungan hidup dimasa depan.
Senjata nuklir bukan lagi hal yang baru, Korea Utara termasuk negara yang terbuka menunjukan intensinya terhadap pengembangan senjata nuklir dengan memamerkan 11 Hwasong-17 rudal balistik antar benua (ICBM) ketika parade malam hari peringatan 75 tahun berdirinya tentara Korea (DPRK). Rudal tersebut diketahui memiliki hulu ledak nuklir taktis terbesar. Sementara Rusia yang menjadi salah satu pemain besar dalam persenjataan nuklir baru saja menangguhkan perjanjian New START atau perjanjian AS-Rusia tentang pengurangan senjata nuklir. Sementara AS disinyalir memiliki banyak peluncur senjata nuklir seperti Cina. Di sisi lain, India dan Pakistan juga terindikasi melakukan kerja sama pengembangan senjata nuklir, dan Iran sedang memperkaya uranium sampai derajat kemurnian 60% yang jika sampai 80% maka Iran memiliki kemampuan membuat bom atom.
Fobia nuklir