Ancaman Gempa: Petakan TES dan TEA

- 27 Februari 2023, 11:56 WIB
 

GEMPA yang terjadi di Kabupaten Cianjur pada Senin, tanggal 21 November 2022 lalu menyisakan trauma bagi wilayah lainnya, termasuk wilayah Bandung Raya. Mengapa? Karena penyebab terjadinya gempa di Kabupaten Cianjur disebabkan oleh aktivitas Sesar Cugenang. Seperti kita ketahui bersama bahwa ada patahan atau sesar lainnya di Jawa Barat, yaitu Patahan Lembang atau Sesar Lembang yang membentang di bagian utara dengan panjang kurang lebih 29 km serta terdiri dari dua bagian yakni segmen barat dan segmen timur.  

Koordinator Mitigasi Gempa Bumi PVMBG, Supartoyo menjelaskan bahwa Sesar Lembang merupakan sesar yang aktif di Jawa Barat, yang berarti berpotensi menjadi sumber gempa bumi di Jawa Barat. Sesar aktif artinya sesar yang terletak di bagian atas bumi atau kerak bumi. Dilihat dari potensi gempanya, tentu saja akan  berakibat fatal jika tidak diantisipasi dari sekarang. 

Kabupaten Bandung Barat menjadi salah satu wilayah yang rawan terjadinya bencana gempa akibat dari aktivitas Sesar Lembang. Berdasarkan informasi dari Media Tribun (2019), di area tersebut belum tersedia papan informasi untuk jalur evakuasi dalam rangka menyelamatkan diri, ke mana harus berlari jika gempa terjadi. Sementara jika dilihat di lapangan menurut Supartoyo, kondisi jalur dan zona Sesar Lembang saat ini masih dipenuhi dengan bangunan pemukiman penduduk. Apakah perlu segera dibuat perencanaan jalur evakuasinya? Mari kita bahas.

Penjelasan Supartoyo mengenai adanya bangunan-bangunan yang merupakan pemukiman penduduk pada jalur dan zona Sesar Lembang tentu saja sangat mengkhawatirkan. Bisa dibayangkan jika bencana gempa akibat aktivitas Sesar Lembang terjadi disana, bagaimana nasib penduduk dalam semua rentang usia, tua muda bahkan bayi? Harus kemana mereka menyelamatkan diri? Padahal salah satu upaya mitigasi seharusnya dapat dipetakan dengan baik. Kendala yang paling sulit adalah upaya relokasi penduduk jika gempa terjadi, sementara upaya mitigasi aktif berupa papan informasi untuk jalur evakuasi belum tersedia disana.

Apa saja langkah-langkah yang harus diambil untuk membuat jalur evakuasi?  Berikut rangkuman dari penelitian terkait.

  1. Penentuan titik kumpul (Assembly Point) 

Merujuk kepada penelitian yang telah dilakukan oleh Nurul Rahmadini pada tahun 2020 mengenai Pemetaan Jalur Evakuasi Bencana Gempa Sesar Lembang, bahwa  penentuan titik kumpul sebaiknya berada di sekitar lingkungan blok permukiman tertentu, dengan asumsi titik kumpul tersebut dapat memfasilitasi masyarakat yang ada pada blok permukiman tersebut. Dalam proses penentuan ini digunakan beberapa data spasial sebagai indikator dalam menganalisa tempat evakuasi, yaitu peta penggunaan lahan yang berfungsi untuk melihat kenampakan persebaran area permukiman agar dapat disesuaikan dengan pemilihan titik kumpul yang aman.

  1. Penentuan Tempat Evakuasi Sementara (TES)

Penentuan Tempat Evakuasi Sementara dilakukan dengan terlebih dahulu menentukan area aman. Area aman dapat berupa area yang berada di luar jangkauan rawan gerakan tanah. Tahapan yang dilakukan meliputi ; identifikasi karakteristik masing-masing bangunan publik atau fasilitas umum, analisis kesesuaian fisik masing-masing bangunan dan penentuan jarak aman sebagai upaya penyelamatan pertama bagi penduduk kelompok rentan dengan jarak  >541 meter dari titik kumpul. Hal ini didasarkan pada ; kecepatan evakuasi = 0,751 m/detik (kecepatan berjalan manusia lanjut usia). waktu proses evakuasi 12 menit = 12 x 60 detik = 720 detik, jarak dari tempat evakuasi < 720 detik x 0,751 m/detik = 540,72 m = 541 m) Dari perhitungan tersebut, maka jarak dari titik kumpul menuju tempat evakuasi sementara sebesar >541 meter.

  1. Penentuan Tempat Evakuasi Akhir (TEA)

Halaman:

Editor: Huminca Sinaga

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Terkini

Orang Bijak Taat “Dibajak”

31 Maret 2023, 00:00 WIB

Meluruskan Niat Buka Bersama

29 Maret 2023, 21:00 WIB

Syahwat Pamer

29 Maret 2023, 20:54 WIB
x