Obat Jerawat Ini Ternyata Bisa Cegah Penyebaran Zika dan Demam Berdarah

- 18 Februari 2023, 15:23 WIB

Fakta baru

Tim peneliti dari Universitas Connecticut berhasil menemukan fakta lain yang sebelumnya tidak diketahui terkait penyebaran Zika dan demam berdarah. Dalam hal ini, virus dengue penyebab Zika dan demam berdarah ternyata dapat mengubah aroma orang yang terinfeksi virus tersebut.  Aroma mereka ini (yang mengandung senyawa asetofenon) disukai nyamuk sehingga mereka lebih rentan digigit. 

Para ilmuwan tersebut pun melakukan percobaan dengan menggunakan tikus. Mereka menginfeksi tikus dengan virus penyebab Zika dan demam berdarah untuk mengetahui lebih lanjut hubungan antara aroma dan nyamuk.  Lalu, mereka membuat tiga kandang yang saling berdekatan, membagi tikus sehat, tikus terinfeksi, dan nyamuk. Setiap kelompok virus dievaluasi secara terpisah. Namun, hasilnya sangat mirip: Sekitar 70% nyamuk memilih untuk berada di ruang perangkap dengan tikus yang terinfeksi Zika dan demam berdarah. 

Para ilmuwan juga merekrut pasien demam berdarah dari rumah sakit di Cina dan sejumlah sukarelawan sehat. Mereka mengumpulkan aroma para sukarelawan (baik yang sehat maupun terinfeksi virus dengue) melalui usapan ketiak. Lalu, mereka mengekstrak dan memindahkan senyawa yang menyebabkan munculnya aroma ke selembar kertas saring. Eksperimen pun dimulai.  Kertas dengan aroma orang sehat  kemudian ditempelkan di tangan seorang sukarelawan. Begitu juga dengan kertas dengan aroma orang terinfeksi demam berdarah, ditempelkan di tangan sukarelawan lainnya. Kedua tangan sukarelawan dibiarkan terpapar nyamuk selama 30 menit. 

Hasilnya, luar biasa. Tangan yang diusapkan aroma pasien demam berdarah lebih menarik bagi nyamuk ketimbang pilihan lainnya. 

Ketika para peneliti mengevaluasi kulit peserta penelitian, mereka menemukan bahwa pasien demam berdarah menunjukkan emisi asetofenon yang jauh lebih tinggi daripada peserta lainnya. Sementara itu, tikus yang terinfeksi Zika dan demam berdarah juga menghasilkan asetofenon 10 kali lebih banyak daripada tikus sehat. Asetofenon tetap menjadi pendorong utama gigitan nyamuk bahkan setelah para ilmuwan mengendalikan elemen penarik lainnya, seperti panas tubuh dan kadar karbon dioksida. 

Eksperimen berlanjut ke perlakuan lainnya. Para peneliti memberi makan tikus terinfeksi demam berdarah dengan isotretinoin, turunan vitamin A yang dikenal sebagai obat jerawat. Pemberian isotretinoin ini mengubah komposisi bakteri pada kulit tikus dan mengurangi kadar asetofenon. Pada gilirannya, nyamuk kurang tertarik untuk memakan tikus yang mendapatkan obat tersebut. Di masa depan, kata Wang, hasil studi ini dapat menginspirasi pengubahan genetik nyamuk. "Kita bisa mencoba untuk melumpuhkan syaraf penciuman nyamuk," ujar Wang. (FHP, Huminca/"PR")***

Halaman:

Editor: Huminca Sinaga

Sumber: NBC


Tags

Terkini