Tingkatkan Peluang Usaha Komunitas Rentan Melalui Program Inklusi Ekonomi

- 18 Maret 2023, 19:27 WIB
Penyandang disabilitas mengikuti pelatihan dalam program inklusi ekonomi.
Penyandang disabilitas mengikuti pelatihan dalam program inklusi ekonomi. /Dok Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB)

KORAN PR - Inklusi ekonomi saat ini lebih marak disuarakan sebagai salah satu upaya dalam memberikan akses layanan keuangan yang aman, nyaman, dan terjangkau bagi masyarakat, khususnya komunitas rentan.

Pemerintah dan sektor privat mulai mengembangkan upaya signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Mulai dari dicanangkannya regulasi keuangan inklusif pada tahun 2018 untuk peningkatan akses bagi seluruh masyarakat Indonesia, termasuk di wilayah terpencil dan penyandang disabilitas.

Kemudian program keuangan mikro melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang memberikan pinjaman kecil kepada UMKM. Lalu peraturan Perbankan Inklusif oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang berupaya mendorong bank menawarkan layanan perbankan yang lebih inklusif, seperti tabungan dengan biaya rendah dan prosedur pembukaan rekening yang disederhanakan.

Baca Juga: Puluhan Siswa Disabilitas Pamerkan Produk Kerajinan

Kemudian digitalisasi layanan keuangan yang memungkinkan semakin banyak masyarakat Indonesia mengakses produk dan layanan keuangan perbankan melalui ponsel. Upaya yang telah dilakukan telah menghasilkan kemajuan yang signifikan dalam meningkatkan inklusi ekonomi, secara khusus dari sisi keuangan di Indonesia.

Menurut Bank Dunia, jumlah penduduk Indonesia yang memiliki akses terhadap layanan keuangan formal meningkat dari 36 persen pada tahun 2011 menjadi 76 persen pada tahun 2018 (The World Bank’s Report, 2019).

Terlepas dari inisiatif dan praktik baik ini, penyandang disabilitas di Indonesia masih menghadapi tantangan yang signifikan, termasuk akses keuangan yang terbatas, kurangnya pelatihan dan pendidikan yang tepat, serta stereotip dan stigma negatif.

Baca Juga: Akses Penyandang Disabilitas ke Sekolah Masih Minim, Dibutuhkan Sekolah Inklusi yang Berkualitas dan Aksesibel

Penyandang disabilitas merupakan salah satu kelompok rentan di sektor UMKM yang menjadi fokus dari upaya-upaya inklusi keuangan di Indonesia. Dalam dua tahun terakhir, pemerintah Indonesia telah mengambil langkah-langkah tambahan untuk mendukung kelompok rentan.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Staf Khusus Presiden Angkie Yudistia. “Penyandang disabilitas jangan dilihat sebagai objek yang membutuhkan bantuan, tetapi sebagai subjek yang mendapat jaminan dukungan, perlindungan, dan pemenuhan hak asasi manusia," ucapnya.

Pembangunan inklusif tidak hanya ditunjukkan dengan pembangunan infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi, tetapi harus didukung melalui kualitas sumber daya manusia.

Baca Juga: Bio Farma Konsisten Kembangkan Program Empowerment dengan Melakukan Pembinaan terhadap Kelompok Difabel

Dalam rangka memperingati Hari Perempuan Sedunia, Futuremakers melalui Standard Chartered, Youth Business International (YBI), dan Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB) lewat inisiatifnya dalam program Pemulihan Ekonomi dari Covid-19 2.0 melangsungkan acara bincang bersama para pemimpin perempuan inspiratif dan hebat.

Para pemimpin perempuan ini peduli terhadap kesetaraan dan kekuatan aksi kolektif untuk mendorong kemajuan pemberdayaan gender, yang sejalan dengan tema Hari Perempuan Sedunia tahun ini.

Acara yang berlangsung pada 14 Maret 2023 di Jakarta merupakan rangkaian kelanjutan dari program sebelumnya yang telah sukses menjangkau lebih dari 11.000 pengusaha muda (usia 18-35 tahun), di seluruh Indonesia.

Di tahun ke 2, program Pemulihan Ekonomi dari Covid-19 2.0 diharapkan dapat juga menjangkau penyandang disabilitas melalui pelatihan literasi keuangan dan pemasaran digital yang dilakukan secara hybrid.

Baca Juga: Disabilitas dan Yatim Piatu Ikut Berpartisipasi dalam Indonesia Hijab Walk 2023

Pendekatan daring dilakukan lewat fitur chatbot Ibu Harta pada aplikasi WhatsApp dan Learning Management System (LMS) untuk memonitor pengalaman belajar dan mengukur pemahaman setiap individu, selanjutnya pendekatan luring dilakukan untuk melaksanakan pendampingan usaha bagi pengusaha muda yang terpilih mendapatkan modal usaha untuk pengembangan bisnisnya.

“Lebih dari 282 juta anak muda di dunia tidak mendapatkan akses pendidikan, pelatihan maupun pekerjaan, dan dengan adanya pandemi semakin memperburuk situasi tersebut," kata Diana Mudadalam, Head of Corporate Affairs & Brand and Marketing, Indonesia and ASEAN Market (AU,BN,PH), Standard Chartered.

Program Futuremakers dari Standard Chartered adalah inisiasi global untuk melawan ketidaksetaraan dengan mempromosikan program ekonomi inklusif di Indonesia. Program ini membantu anak-anak muda pra sejahtera berusia 35 tahun ke bawah.

Baca Juga: 100 Pelaku UMKM Mengikuti Pelatihan Digitalisasi

Program ini, terutama menyasar wanita dan kaum disabilitas, untuk mendapatkan pelatihan keterampilan sehingga meningkatkan peluang mereka dalam mendapatkan pekerjaan maupun membuka usaha sendiri.

"Kami dari Standard Chartered percaya bahwa semua orang layak mendapatkan kesempatan kedua," lanjut Diana.

Potensi besar

Menurut dia, wanita dan kaum disabilitas memiliki potensi besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif di mana peran komunitas bisa lebih besar jika diberikan akses pelatihan kewirausahaan dan dukungan yang tepat dalam mengatasi berbagai hambatan.

"Ini merupakan langkah yang brillian bagi YCAB dalam program Futuremakers melalui Standard Chartered Foundation, dalam menyediakan pelatihan kewirausahaan yang inklusif bagi kelompok rentan. Kami sangat tertarik dan tidak sabar untuk mendengar kisah-kisah sukses yang dihasilkan dari program ini.” ucap Emilia McElvenney, Director of Development and Programmes, Youth Business International (YBI).

Secara keseluruhan, ada peningkatan pengakuan di Indonesia akan potensi penyandang disabilitas dalam sektor kewirausahaan untuk mendorong pemberdayaan ekonomi dan kemandirian bagi penyandang disabilitas.

PengusajBaca Juga: Banyak Pengusaha Mandiri Setelah Lulus dari Pelatihan Vokasi

Namun, diperlukan lebih banyak upaya kolektif yang terintegrasi untuk mengatasi tantangan yang menghalangi pengusaha disabilitas dalam mewujudkan potensi penuh mereka dan menciptakan ekonomi yang lebih inklusif.

Diharapkan program Pemulihan Ekonomi dari Covid-19 2.0 dapat membentuk kolaborasi dan jejaring, memberikan akses pembelajaran dan akses keuangan yang inklusif melalui pemberian modal usaha.

Melalui pendidikan dan pembiayaan inovatif, pihaknya berkomitmen untuk mendukung pelaku usaha muda untuk berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi.

"Kami menyadari pentingnya inklusi ekonomi dalam memberikan pemerataan kesempatan akses pendidikan untuk meningkatkan kesejahteraan kaum muda dan juga penyandang disabilitas.” ujar Veronica Colondam, Pendiri dan CEO YCAB. ***

Editor: Kismi Dwi Astuti

Sumber: Rilis


Tags

Terkini

x