Perang Sarung, Permainan Tradisional yang Menyenangkan Tempo Dulu di Bulan Ramadan, Kini Berubah Mengerikan

- 29 Maret 2023, 16:00 WIB
Remaja yang hendak melakukan perang sarung diamankan dan dipertemukan dengan orangtua mereka di Mapolres Cimahi.*
Remaja yang hendak melakukan perang sarung diamankan dan dipertemukan dengan orangtua mereka di Mapolres Cimahi.* /Ririn Nur Febriani

KORAN PR - Fenomena perang sarung dalam Ramadan tahun ini mengemuka. Perang sarung menjadi sorotan karena aktivitas yang sebelumnya dekat dengan permainan kini seolah bergeser menjadi tawuran antarkelompok berusia remaja. Tawuran itu bahkan sampai menelan korban jiwa.

Pemerhati Anak dan Pendidikan Retno Listyarti mengaku prihatin dengan fenomena perang sarung tersebut. Dalam catatannya, perang sarung di beberapa daerah malah memakan korban jiwa.

Ia menyebutkan, perang sarung antara dua kelompok pemuda di Mandalawangi, Kabupaten Pandeglang, menyebabkan satu remaja tewas. Kemudian pada 25 Maret 2023, terjadi aksi perang sarung yang melibatkan belasan remaja di Kecamatan Pasar Kemis, Tangerang. Polisi mengamankan 18 remaja yang terlibat beserta barang bukti, parang sampai cambuk.

Baca Juga: Hindari Tawuran, Disdik Kota Cimahi Minta Sekolah Pantau Aktivitas Siswanya Selama Ramadan

Retno menilai, saat ini seolah terjadi pergeseran makna perang sarung. Tradisi perang sarung awalnya merupakan permainan para remaja untuk mengisi kegiatan di bulan Ramadan, yang biasanya dilakukan usai sahur dan sholat subuh. Tradisi permainan ini ditemui, misalnya, di Banyumas, Jawa Tengah.

“Di wilayah Banyumas, perang sarung lebih seperti permainan, di mana sarung yang ujungnya diangkat dan berbentuk bulat bertujuan untuk dijadikan senjata menyerang lawan bermain, namun tidak terasa sakit. Sehingga para pemain hanya tertawa-tawa ketika terkena ujung sarung lawan,” ungkap Retno, Selasa 29 Maret 2023.

Retno menambahkan, dalam permainan perang sarung, umumnya memang dua kelompok yang akan saling berhadapan itu janjian terlebih dahulu untuk bertemu dan bertanding perang sarung. Namun, belakangan, permainan ini berubah jadi tawuran atau perkelahian antar kelompok.

Baca Juga: 152 Pelajar Hendak Tawuran di Majalengka Diamankan

Selain itu, saat ini tujuannya pun bukan untuk bermain, mengisi waktu luang dan bersenang senang, akan tetapi untuk melukai atau melumpuhkan lawan. Bahkan belakangan, ujung sarung dimasukan batu bahkan hingga besi, sehingga ketika dipukulkan ke pihak lawan akan terasa sakit bahkan terluka.

Halaman:

Editor: Kismi Dwi Astuti


Tags

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x