Pembangunan Tahap Pertama Gedung RS Unpad Resmi Dimulai untuk Kurangi Rasio Kekurangan Infrastruktur Kesehatan

20 Maret 2023, 15:31 WIB
Rektor Universitas Padjadjaran Rina Indiastuti (kedua dari kiri) dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (ketiga dari kiri) menabur semen sebagai tanda pembangunan tahap awal Rumah Sakit Perguruan Tinggi Negeri Universitas Padjadjaran di Kampus Unpad, Jatinangor, Jumat (17/3/2023). * /Dok Humas Unpad

KORAN PR - Universitas Padjadjaran (Unpad) secara resmi memulai pembangunan tahap pertama gedung Rumah Sakit Perguruan Tinggi Negeri (RSPTN) Universitas Padjadjaran atau RS Unpad yang berlokasi di Kampus Jatinangor.

Pembangunan ditandai dengan pelaksanaan groundbreaking pembangunan tahap pertama gedung RS Unpad di Kampus Unpad, Jatinangor, Jumat 17 Maret 2023 lalu.

Pelaksanaan pembangunan tahap pertama secara simbolis dilakukan oleh Rektor Unpad Rina Indiastuti, Gubernur Jawa Barat M. Ridwan Kamil, Ketua Majelis Wali Amanat Unpad Arief Yahya, Ketua Senat Akademik Unpad Ganjar Kurnia, serta Rektor ke-11 Unpad Tri Hanggono Achmad.

Baca Juga: Sulitnya Layanan Kesehatan Indonesia Bersaing dengan Rumah Sakit Luar Negeri

Rina mengatakan, pembangunan RS Unpad merupakan cita-cita lama yang digulirkan Unpad. Dengan dukungan berbagai pihak, salah satunya Pemerintah Provinsi Jawa Barat, pembangunan RS Unpad kemudian bisa terealisasi.

“Untuk pembangunan tahap pertama ini Unpad mendapatkan hibah sebesar Rp 60 miliar dari Pemprov Jabar. Nilai dari RS yang kami bangun tahap pertama ini kurang lebih Rp 115 miliar. Jadi ini betul-betul rumah sakit kemitraan Unpad dan Pemprov Jabar,” kata Rina melalui siaran pers, Senin 20 Maret 2023.

Hal penting dari pembangunan RS Unpad adalah mengimplementasikan kebermanfaatan Unpad kepada masyarakat. Rina mengatakan, Unpad bertanggung jawab meningkatkan kualitas layanan kesehatan masyarakat Jabar sehingga diharapkan rumah sakit ini akan bermanfaat tidak hanya bagi masyarakat Jabar, tetapi juga masyarakat Indonesia.

Baca Juga: Pajak Alkes dan Obat Beban Operasional Layanan Kesehatan di Indonesia

Nilai tambah dari RS Unpad adalah memiliki sumber daya manusia yang baik dan didukung dengan riset terbarukan.

“Kami berani lakukan ini karena Unpad memiliki SDM yang sangat luar biasa bagus. Rumah sakit ini akan bisa dioperasikan dengan sebagian besar SDM milik unpad. Kami sangat yakin sustainabilitynya karena SDM yang dimiliki unpad luar biasa,” paparnya.

Untuk tahap berikutnya, RS Unpad akan dikembangkan menjadi Rumah Sakit Kelas A dengan kapasitas 900 tempat tidur. Sumber dana pembangunan tahap berikutnya akan berasal dari skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU).

Kekurangan rumah sakit

Sementara itu, Ridwan Kamil menyampaikan, pembangunan RS Unpad diharapkan dapat mengurangi rasio kekurangan infrastruktur kesehatan di Indonesia.

Jabar menurutnya kekurangan 20 - 30 persen rumah sakit. Adanya RS Unpad ini diharapkan dapat mengurangi rasio kekurangan rumah sakit tersebut.

Mengenai tantangan untuk membangun dengan skema KPBU, Ridwan Kamil optimistis pembangunan tahap selanjutnya akan menarik banyak pihak untuk berkolaborasi melalui skema tersebut.

Baca Juga: Penuhi Kekurangan Dokter Spesialis, Pemerintah Beri Beasiswa 5.000 Dokter Umum hingga 2024

“Bisnis nomor satu yang paling disukai saat ini adalah RS. Cash flownya terukur, makanya jangan khawatir, tahap 2 berikutnya tanpa dana negara saya yakin cari investor tidak susah,” kata Ridwan Kamil.

Senada dengan Ridwan Kamil, Arif Yahya juga mengatakan, selain memberikan manfaat meningkatkan kualitas kesehatan, RS Unpad juga diyakini akan memberikan keuntungan di sisi proses bisnis.

“Jadi secara in short sangat menguntungkan, tidak sekadar tridarma. Semoga punya nilai sosial yang bagus, lingkungan bagis, dan ekonomi yang bagus,” kata Arief.

Baca Juga: Mayapada Hospital Bandung Tawarkan Delapan Pusat Layanan Kesehatan Unggulan

Tidak hanya melakukan pelayanan kesehatan masyarakat, RS Unpad akan mengembangkan tiga pusat unggulan, meliputi Trauma Center, Stunting Center, dan Infection Center.

Pusat unggulan Trauma Center karena kondisi sosial Jatinangor yang di sekitarnya banyak beroperasi pabrik besar dengan risiko kecelakaan kerja tinggi.

Pusat stunting dibangun untuk mendukung upaya pemerintah dalam menangani permasalahan stunting, khususnya di Jabar.

Sementara pusat kajian infeksi dikembangkan karena penyakit infeksi masih menjadi masalah di Indonesia. Menurut rencana, pembangunan tahap pertama ini akan selesai di akhir 2023 dan ditargetkan beroperasi pada Januari 2024. ***

Editor: Kismi Dwi Astuti

Sumber: Siaran Pers

Tags

Terkini

Terpopuler