Peluang Pertanian Regeneratif

- 15 Maret 2023, 21:50 WIB

Praktik pertanian regeneratif di berbagai belahan dunia terus berkembang dalam beberapa tahun terakhir. Salah satunya, di Amerika Serikat, petani di Negara Bagian Illinois menerapkan praktik pertanian regeneratif di lebih dari 200.000 hektar lahan pertanian. Praktik ini telah menghasilkan rata-rata 79% peningkatan hasil panen seiring dengan peningkatan kesehatan tanah, peningkatan infiltrasi air, dan meminimalkan resiko erosi.

Selain itu berbagai perusahaan kenamaan global, seperti PepsiCo, Cargill, dan Walmart, belum lama ini mengumumkan rancangan adopsi praktik pertanian regeneratif di lahan pertanian yang mereka miliki.


Tantangan dan Peluang

Pertanian regeneratif merupakan konsep yang relatif baru di Indonesia. Hingga saat ini, petani kita lebih banyak menerapkan pertanian intensif dengan penggunaan agrokimia yang tinggi. Studi menunjukkan bahwa penggunaan rata-rata pupuk di Indonesia adalah sekitar 400 kilogram per hektar, jauh lebih tinggi dari ambang batas optimal 250 kilogram per hektar. Di sisi lain, petani tidak memiliki akses yang luas terhadap pupuk sintetis bersubsidi yang seringkali menempatkan mereka dalam situasi yang rumit. Dilematika ini belum termasuk keterbatasan akses petani terhadap modal dan pasar.

Ketergantungan petani terhadap input agrokimia, diperb dengan terbatasnya akses, menunjukkan adanya peluang untuk mengadopsi praktik pertanian regeneratif di Indonesia. Praktik pertanian regeneratif diyakini tidak hanya dapat membantu mengurangi beban keuangan petani tetapi juga meningkatkan produktivitas jangka panjang dan kelestarian ekosistem. Di sebagian besar negara, pertanian regeneratif telah menjadi opsi atraktif para pemangku kebijakan, industri pangan, juga petani. Apakah Indonesia siap mengembangkan pertanian regeneratif?

Petani adalah aktor utama sistem produksi pangan. Oleh sebab itu, langkah fundamental jika praktik pertanian regeneratif diadopsi tentu saja dengan melakukan transfer pengetahuan dan keahlian kepada petani. Praktik pertanian regeneratif bisa jadi tidak begitu sulit untuk petani karena pada dasarnya pertanian regeneratif menyangkut “back to basic” seperti yang telah diuraikan di awal. Hal yang mungkin jadi kerisauan bagi petani yaitu apakah pertanian regeneratif benar-benar dapat memberikan hasil produksi dan keuntungan finansial yang optimal. 

Disinilah kemitraan publik-swasta dapat memainkan peran kunci dalam pengembangan dan penerapan pertanian regeneratif. Bentuk kemitraan dapat berupa dukungan penelitian dan pengembangan pertanian regeneratif. Atau dalam bentuk skema kontrak antara petani dengan pihak swasta, dimana pihak swasta menyerap langsung hasil produksi, sehingga petani dapat menikmati kepastian pasar.***

Halaman:

Editor: Huminca Sinaga


Tags

Terkini

Orang Bijak Taat “Dibajak”

31 Maret 2023, 00:00 WIB

Meluruskan Niat Buka Bersama

29 Maret 2023, 21:00 WIB

Syahwat Pamer

29 Maret 2023, 20:54 WIB
x