Homo Socius vs Homo Roboticus

- 14 Maret 2023, 22:38 WIB

Kearifan

Satu hal yang dapat kita lakukan adalah memanfaatkan perangkat teknologi yang serba robot dan pintar seperti sekarang ini seraya menjauhi segala dampak negatifnya. Dalam bahasa ushul fiqih (filsafat hukum Islam) disebutkan, kita selayaknya mengambil sesuatu yang baru untuk meraih kehidupan yang lebih maslahat seraya tidak meninggalkan nilai-nilai baik dari tatanan kehidupan yang sudah ada sebelumnya. Kata kunci yang harus kita pegang pada kehidupan seperti sekarang ini adalah kemaslahatan dan  tidak meninggalkan kearifan yang sudah ada sebelumnya. Dengan kata lain, kehadiran robot dan kecerdasan era digital pada saat ini jangan sampai mengotori dan mengorbankan nilai-nilai sosial-spiritual kehidupan, sebaliknya harus menjadi sarana memperbaiki kualitas kehidupan sosial-spiritual dan kemanusiaan.

Bukan rahasia lagi sejak kehadiran beragam teknologi kecerdasan buatan, banyak orang yang terlena dalam menggunakannya dan secara tidak sadar telah merubah dirinya menjadi manusia robot, homo roboticus. Manusia yang hanya mengandalkan kepintaran, kecepatan, seraya sering menggeser perasaan kemanusiaan. Para pembaca boleh tidak setuju dengan pendapat yang penulis kemukakan ini, namun ini suatu kenyataan yang kita hadapi pada saat ini, misalnya dalam dunia media sosial. Bukankah ketika seseorang berkomentar atau mengemukakan suatu pendapat sering mengenyampingkan perasaan diri sendiri, orang lain, serta akibat dari pernyataan yang ia kemukakan?  

Kita tak jauh berbeda dengan robot yang hanya bisa mengerjakan program komputer yang ada di tubuhnya, tapi sang robot nihil dari perasaan dan bayangan akibat hukum, sosial, dan spiritual yang akan terjadi dari perbuatannya. Pada saat ini, orang baru sadar akan kekeliruannya tatkala pernyataan, komentar, atau perkataannya membuat gaduh kehidupan. 

Kita harus mewaspadai jangan sampai kemajuan teknologi yang serba robot dan  serba pintar ini merubah homo socius menjadi homo roboticus dan homo digitalis. Manusia canggih, pintar, serba cepat dalam melaksanakan suatu pekerjaan, tetapi jiwanya hampa dari perasaan dan nilai-nilai sebagai manusia, makhluk termulia di bumi ini. ***

 

Halaman:

Editor: Huminca Sinaga

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Terkini

Orang Bijak Taat “Dibajak”

31 Maret 2023, 00:00 WIB

Meluruskan Niat Buka Bersama

29 Maret 2023, 21:00 WIB

Syahwat Pamer

29 Maret 2023, 20:54 WIB
x