Network
Oleh:
Titing Kartika
(Dosen STIEPAR YAPARI Bandung/Mahasiswa Doktor Manajemen UPI)
AKHIR-akhir ini media diramaikan dengan kemunculan ChatGPT, sebuah chatbot berbasis teknologi AI (Artificial Intelligence) atau kecerdasan buatan. Chatbot ini dapat memberikan jawaban atas pertanyaan pengguna dengan cepat dan menghasilkan teks secara otomatis dalam bahasa yang sama atau bahasa lain. ChatGPT ini telah dikembangkan oleh OpenAI dan telah dilatih pada dataset yang sangat besar dari berbagai sumber informasi.
Beragam respon datang dari beberapa kalangan seperti akademisi, pelaku bisnis, praktisi informasi dan teknologi, ilmuwan dari berbagai bidang lainnya. Menyebarnya informasi tentang ChatGPT di media sosial seperti Tiktok, Instagram, Youtube, facebook membuat penasaran publik untuk mengetahui lebih jauh apa itu ChatGPT dan bagaimana cara penggunaannya.
ChatGPT atau Hyper-Aware Text Generative Pre-Trained Transformer merupakan model AI yang menggunakan transformer untuk memproses data masukan dan menghasilkan output teks yang sangat mirip dengan tulisan manusia. Model ini dikembangkan dan didirikan oleh beberapa tokoh seperti Elon Musk, Sam Altman, Greg Brockman, Ilya Sutskever, dan lain-lain. Pada tahun 2020, OpenAI merilis model ChatGPT-3 yang menjadi salah satu model bahasa alami terbesar dan paling canggih.
Kelebihan dan Kekurangan ChatGPT
Kehadiran ChatGPT menuai ragam pendapat. Ada yang memandang ini sebagai bentuk kemajuan teknologi dan tak dapat dihindarkan. Namun ada juga yang memandang ini sebagai bagian dari sesuatu yang berbahaya karena akan dapat merusak cara berpikir dan nalar manusia sehingga akan menurunkan daya kritik terhadap sesuatu. Kekhawatiran ini dapat dimaknai secara wajar, karena jika kita mengingat kemajuan teknologi dari masa ke masa pun dapat dilihat dari berbagai perspektif.
