Literasi Mitigasi Bencana 

- 7 Maret 2023, 17:53 WIB

 

Oleh:  Ninis Agustini Damayani

Dosen Prodi Ilmu Perpustakaan Fikom Universitas Padjadjaran

 

BENCANA tidak dapat dihindari. Oleh karena itu, masyarakat harus memiliki literasi mitigasi bencana yaitu keterampilan mendapatkan informasi akurat tentang potensi bencana, pencegahan, dan penanggulangan bencana kemudian menggunakannya secara cerdas dan kritis dalam hidup dan berkehidupan. Masyarakat Indonesia telah lama memiliki kearifan lokal yang memiliki kandungan edukasi tentang mitigasi bencana. Salah satunya, masyarakat Kabupaten Pangandaran selama ini tetap mempertahankan kearifan lokal sebagai sumber pengetahuan bagi kehidupan bermasyarakat. Tradisi atau pengetahuan yang diperoleh secara turun temurun dari para leluhur, mereka implementasikan dalam hidup dan berkehidupan sebagai cara untuk melestarikannya. Pengetahuan sebagai hasil pikir manusia tentu saja yang bernilai positif harus dilestarikan agar generasi - generasi berikut dapat mengetahui, memanfaatkan bahkan mengembangkan menjadi pengetahuan yang sesuai dengan kebutuhan zaman.  

 

Pengetahuan lokal di masyarakat Kabupaten Pangandaran yang masih dijalankan seperti hajat laut, gondang, ronggeng gunung, seni badud (parade topeng), sejatinya merupakan tradisi yang dilaksanakan sebagai upaya untuk menghindarkan mereka dari bencana. Salah satu kelompok masyarakat kabupaten Pangandaran yang masih mempertahankan tradisi lokal adalah masyarakat kampung Badud yang berada di Desa Mekarsari, Kecamatan Cijulang. Kelompok masyarakat ini memiliki tradisi seni Badud.  Seni Badud merupakan kesenian tradisional yang ditampilkan pada saat panen raya. Seni ini digunakan untuk mengungkap rasa syukur terhadap Tuhan yang Maha Esa atas limpahan hasil panen. Di dalam prosesi seni badud terkandung pesan mengenai mitigasi bencana. Pada dasarnya prosesi seni Badud   dijadikan sarana komunikasi dalam penyampaian pesan kepada masyarakat mengenai tata cara bertani tanpa merusak lingkungan alam. Dalam membuka hutan untuk lahan pertanian harus benar-benar memperhatikan keseimbangan alam. Ketika membuka lahan pertanian(lahan huma) tanpa mempertimbangan keseimbangan alam akan mengakibatkan kerusakan alam. Oleh karena itu, melalui tradisi seni Badud disampaikan pesan bahwa apabila bertani tidak memepertimbangkan kelestarian alam akan berakibat kegagalan panen, bahkan menimbulkan bencana alam. Melalui pesan moral yang terkandung dalam tradisi Badud, masyarakat disadarkan mengenai risiko perusakan hutan. Dengan demikian, masyarakat menjadi sangat berhati-hati dalam mengolah hutan. Secara tidak langsung, pesan yang ada dalam seni badud dapat membangun kesadaran masyarakat dalam menanggulangi resiko bencana.

 

Adapun masyarakat Kabupaten Pangandaran yang menempati pesisir pantai memiliki tradisi hajat laut. Tradisi hajat laut merupakan ciri khas masyarakat nelayan sepanjang pantai utara dan selatan jawa. Tradisi ini sarat dengan mitos mengenai penguasa laut. Namun, sejalan dengan perkembangan masyarakat pesisir tradisi hajat laut menjadi bentuk rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan berbagai limpahan rezeki yang bersumber dari lautan. Limpahan rezeki ini berupa melimpahnya hasil tanggkapan ikan para nelayan, pantai yang indah, suasana alam yang menarik, dan lain-lain. Hajat laut menjadi bagian dari kehidupan dan keyakinan masyarakat pantai Pangandaran. Tradisi Hajat Laut selain untuk menunjukkan rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa karena adanya laut, tradisi ini juga merupakan suatu bentuk praktek untuk menolak bencana yang dapat menimpa masyarakat Pangandaran untuk sekarang dan di masa depan. Pada upacara hajat laut selain doa-doa yang dipanjatkan (pada saat tawasulan) dalam upacara juga disampaikan banyak nasihat dari tetua pimpinan upacara. Salah satunya adalah mengenai perilaku masyarakat yang akan mencegah atau menyebabkan bencana. Melalui nasihat-nasihat ini, masyarakat menjadi paham bagaimana seharusnya mereka berperilaku. Karena pesan dan nasihat ini disampaikan oleh ketua yang mereka percayai,  nasihat tersebut pun lebih didengarkan. Masyarakat percaya bahwa pesan itu tidak datang dari hasil pemikiran ketua, tetapi “titipan” dari Yang Mahakuasa. Menurut tokoh adat Pangandaran  Pa Usnadi, upacara Hajat Laut adalah salah satu usaha untuk mencegah dan menghindari bencana alam yang datang dari laut.

       Seni Badud dan Hajat Laut menjadi strategi komunikasi yang tepat dalam membangun literasi mitigasi bencana. Kedua tradisi ini mengajarkan keharmonisan hidup antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan Tuhan-nya. Literasi mitigasi bencana harus dibangun secara berkelanjutan dan bersinergi antara pihak pemerintah dan masyarakat. Salah satunya melalui pelestarian kearifan lokal seperti tradisi seni Badud dan tradisi Hajat Laut. Kearifan lokal adalah sarana penyebaran informasi kepada masyarakat dan strategi komunikasi dalam membangun kesadaran masyarakat tentang resiko bencana yang sarat dengan nilai-nilai kehidupan yang dipercaya masyarakat setempat. Melalui kearifan lokal masyarakat lebih memahami dan menggunakan informasi kebencanaan untuk mitigasi, kesiapsiagaan, respons, dan pemulihan dari bencana.***

Halaman:

Editor: Huminca Sinaga

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Terkini

Orang Bijak Taat “Dibajak”

31 Maret 2023, 00:00 WIB

Meluruskan Niat Buka Bersama

29 Maret 2023, 21:00 WIB

Syahwat Pamer

29 Maret 2023, 20:54 WIB
x