Politik 5.0 Pemilu 2024

- 16 Februari 2023, 21:00 WIB

 

Pemilu 2024 telah melewati beberapa tahap. Penetapan partai politik peserta dan nomor urutnya sudah terlaksana. Saat ini sedang berproses penentuan daerah pemilihan (dapil) serta rekrutmen panitia pemilihan. Parpol juga berproses dalam rekrutmen caleg yang akan mulai didaftarkan ke KPU mulai Mei mendatang.

Belajar dari pelaksanaan kampanye Pemilu 2019, telah terjadi pergeseran dengan masuknya dunia virtual. Media digital atau virtual menjadi ruang paling ramai dari hingar bingar kontestasi politik. Sayangnya pengaruh terhadap suara kontestan masih belum signifikan.

Ke depan, kampanye virtual apalagi dengan akan berkembangnya Society 5.0 atau  Masyarakat 5.0 perlu ditangkap dan dioptimalisasi. Pelaksanaan kampanye dan aktivitas politik selama ini mesti direvitalisasi. Kita bisa mencontoh pelaksanaan pemilu di Jepang.

Pemerintah Jepang adalah pelopor yang siap menerapkan  Masyarakat 5.0. Tipologi masyarakat 5.0 merupakan masyarakat cerdas yang berjaringan dalam integrasi teknologi yang super cerdas.

Ciri paling utama dalam konsep Society 5.0 di Jepang adalah sumber daya berupa data dan bukan lagi alam. Ciri lainnya adalah rekam jejak positif. Indonesia sudah memiliki awalan bagus dengan menginisiasi big data. Tahun politik ini dapat menjadi ujian bagi kontestan dan penyelenggara dalam menyiasati kecenderungan politik masyarakat 5.0. Kuncinya adalah pemanfaatan data.

Politik sebagai representasi persepsi publik cukup terbantu dengan media virtual. Implikasinya praktik demokrasi kental didominasi oleh  politik citra. Media pendongkrak citra cukup variatif mulai dari media elektronik, media cetak, hingga media virtual. 

Virtualitas partai politik dapat ditelusuri dari dinamika virtual melalui website dan media sosial. Salah satu tolok ukur keberhasilan kampanye di media sosial adalah tingkat keterlibatan pengikut atau follower. Misalnya tingkat share atau retweet dan like atau favorite yang sukses tercipta dari setiap postingan.  

Angka kuantitatif capaian medsos tidak selamanya linear dengan kualitatifnya. Misalnya, Gerindra sebagai partai yang paling banyak pengikut dan mendominasi pembicaraan, namun sentimennya juga terhitung paling negatif dibandingkan partai yang lain.    

Model kampanye melalui media sosial beberapa tidak ditemukan pada cara kerja media massa mainstream. Abugaza (2013) menyampaikan ada tujuh keunggulan kampanye media social. Pertama , adanya efek penguatan atas pesan da lam kampanye. Kedua, membentuk koneksitas pribadi. Ketiga, kecanggihan teknologi.  Keempat, kemampuan merespons isu politik. Kelima, pengumpulan informasi. Keenam, pengumpulan donasi. Ketujuh , mampu menyentuh pemilih pemula. 

Halaman:

Editor: Huminca Sinaga


Tags

Terkini

Orang Bijak Taat “Dibajak”

31 Maret 2023, 00:00 WIB

Meluruskan Niat Buka Bersama

29 Maret 2023, 21:00 WIB

Syahwat Pamer

29 Maret 2023, 20:54 WIB
x