Setelah Setahun Agresi Rusia di Ukraina

28 Februari 2023, 07:21 WIB

 

 

AGRESI Rusia di Ukraina awalnya disebut “specialny operatsia” untuk menggulingkan Presiden Volodymyr Zelensky, merebut ibukota Kyiv dan propaganda de-nazifikasi yang direncanakan sepekan, ternyata berlangsung hingga satu tahun. Resistensi, pertahanan dan  perlawanan Ukraina membuktikan tidak mudah dikalahkan Rusia. Lebih dari 14 juta orang Ukraina kehilangan tempat tinggal, 5 juta orang mengungsi ke negara lain, lebih dari 3.500 warga sipil termasuk anak-anak meninggal dan ribuan lainnya menderita luka berat. Ratusan ribu orang dideportasi secara paksa ke wilayah Rusia. Lebih dari 5.000 rudal Rusia secara sporadis ditembakan telah merusak ratusan infrastruktur energi, 38.000 pemukiman sipil, 1250 rumah sakit dan 3.126 sekolah di wilayah perkotaan-pedesaan Ukraina. Rusia menebar teror kemanusiaan di Ukraina.

Sejak hari pertama invasi Rusia (24/2/2022), banyak pemimpin negara menyatakan kesediaan mereka mengambil tindakan untuk mengakhiri perang dan mengembalikan perdamaian di Ukraina. Ada yang hanya sekadar “statement”, ada yang mengusulkan  "membekukan” konflik dan menempuh “proses perdamaian” yang jangka waktunya tak tentu. Tak satu pun yang dapat memberikan solusi nyata untuk menghentikan perang. Umumnya mensyaratkan Ukraina untuk menyerahkan wilayah kedaulatannya kepada aggressor atau menunda-nunda pembebasan wilayah yang diduduki Rusia.

Inilah alasan utama mengapa pada KTT G20 tanggal 15 November 2022 di Bali, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengajukan 10 poin "Formula Perdamaian", semata untuk mengakhiri agresi Rusia. Substansi formula ini bersifat universal, yang dapat dilihat sebagai arsitektur keamanan internasional baru untuk mengembalikan kebebasan Ukraina, sekaligus “asuransi” dalam menjaga perdamaian, kebebasan, dan keamanan negara lainnya. Berikut adalah 10 formula perdamaian Zelensky :

Pertama, Keamanan Radiasi dan Nuklir, yaitu fokus pada pemulihan keamanan PLTN terbesar di Eropa di kota Zaporizhzhia, yang diduduki Rusia sejak 4 Maret 2022. PLTN ini berulang kali ditembaki oleh pasukan Rusia. Kerusakan ini berpotensi menimbulkan bencana radiasi nuklir bagi umat manusia.

Kedua, ketahanan pangan, termasuk melindungi, mengamankan ekspor gandum dan biji-bijian Ukraina ke negara-negara miskin. Berkat “Inisiatif Ekspor Biji-bijian Laut Hitam”, Ukraina kembali menjadi salah satu penjamin ketahanan pangan global dan ikut memulihkan stabilitas pangan dunia. 

Ketiga, ketahanan energi, yang mengutamakan pembatasan harga sumber daya energi Rusia dan membantu Ukraina memperbaiki infrastruktur listrik, yang hancur akibat serangan Rusia. Serangan Rusia telah menyebabkan kerusakan hampir 50% dari sistem energi Ukraina.

Keempat, pembebasan semua tahanan dan warga yang dideportasi ilegal dari Ukraina, PBB memiliki bukti terjadinya penyiksaan, perlakuan tidak manusiawi terhadap para tahanan.

Kelima, implementasi Piagam PBB dan pemulihan integritas wilayah Ukraina. Hal ini mengacu pada Pasal 2 Piagam PBB. Relevan dengan konflik saat ini dan untuk pembebasan wilayah yang telah diduduki Rusia sejak tahun 2014 yaitu Donbas dan Semenanjung Krimea.

Keenam, penarikan pasukan Rusia dan penghentian serangan, Rusia harus menarik semua pasukan dan alat militernya dari wilayah Ukraina. Ukraina harus kembali memegang kendali atas seluruh area perbatasannya.

Ketujuh, penegakkan keadilan. Dibutuhkan pengadilan khusus untuk mengadili kejahatan perang yang dilakukan Rusia. Dugaan pelanggaran HAM berat berupa penyiksaan, pemerkosaan dan pembunuhan massal yang dilakukan militer Rusia di kota Bucha, Irpin, Borodyanka, Izium, dan lainnya perlu diinvestigasi.

Kedelapan, melawan ekosida, yaitu dengan membersihkan ranjau dan melindungi lingkungan. Agresi Rusia juga berdampak sangat buruk bagi lingkungan, jutaan hektar hutan terbakar, jutaan hewan peliharaan mati, 50.000 lumba-lumba mati di Laut Hitam. Hampir 200.000 hektar tanah Ukraina terkontaminasi ranjau dan bom aktif.

Kesembilan, mencegah eskalasi perang dan pengulangan agresi dengan membangun sistem keamanan di kawasan Euro-Atlantik. Ukraina meminta menerapkan jaminan keamanan "Kyiv Security Compact", untuk memobilisasi sumber daya politik, keuangan, militer dan diplomatik bagi pertahanan Ukraina.

Kesepuluh, konfirmasi berakhirnya perang, semua pihak harus menandatangani dokumen yang menyatakan bahwa perang telah berakhir.

Formula yang ditawarkan Zelensky memang terkesan subjektif bagi kepentingan Ukraina. Namun, secara objektif tidak dapat disangkal bahwa Rusia merupakan ancaman bagi negara di sekitarnya yang berbeda haluan ideologi politik dan ekonominya. Para pemimpin dunia perlu terus menegosiasikan formula Zelensky kepada Putin, bukan untuk mencari jalan tengah yang diinginkan Rusia, tetapi menghentikan perang untuk menegakan aturan Piagam PBB yang menjadi kesepakatan dunia.

Ubah konstelasi

Agresi Rusia memiliki konsekuensi negatif pada keamanan dunia, sekaligus mengubah konstelasi politik dunia. Mengganggu pasokan energi, pangan, perekonomian dunia. Keterlibatan negara-negara di seluruh dunia termasuk Indonesia dalam penerapan “Formula Perdamaian” memungkinkan terwujudnya perdamaian yang stabil, adil dan berkelanjutan. Mencermati formula Zelensky, adalah desakan kepedulian negara-negara dunia menekan Rusia menghentikan perangnya. Perdamaian hanya tercipta jika Rusia berhenti menembak dan keluar dari wilayah kedaulatan negara Ukraina. Zelensky tampaknya tidak lagi memerlukan mediator perdamaian. Yang diperlukan Ukraina adalah bantuan nyata dari negara-negara dunia bagi perjuangan ukraina mempertahankan wilayah kedaulatannya dalam bentuk persenjataan, energi, keuangan dan solidaritas kemanusiaan. 

Indonesia termasuk negara yang menyetujui resolusi PBB untuk menekan Rusia menghentikan serangannya ke Ukraina. Sikap Indonesia tersebut sudah sesuai dengan prinsip hukum internasional dan kepentingan kemanusiaan. Apa yang sedang diperjuangkan Ukraina saat ini adalah pertempuran kemanusiaan melawan ketidakadilan, tirani dan terorisme negara. 

Setelah setahun perang Rusia di Ukraina, mata dunia melihat kenyataan bahwa Rusia bukanlah raksasa dunia. Kemampuan militernya tidak lagi menakutkan bagi dunia. Solidaritas dan dukungan internasional yang luas terhadap perjuangan Ukraina melawan Rusia, membuat Ukraina semakin percaya diri menghadapi Rusia. 

Dengan mencermati peta keberpihakan negara-negara dunia dalam perang Rusia di Ukraina yang sudah melewati satu tahun, hanya masalah waktu saja yang akan membuat Rusia meninggalkan wilayah Ukraina. Mengapa demikian? Perang Rusia di Ukraina merupakan rentetan sejarah panjang penaklukan imperium Rusia sejak abad ke-10 hingga kini yang tidak pernah berhasil. Saya meyakini, Ukraina tidak akan pernah menyerah, slogan “Svoboda abo Smertv” kini berkumandang luas di seantero negeri Ukraina, yang artinya : “Merdeka atau Mati”. Perang baru akan berakhir jika Rusia bersedia berhenti atau Rusia meninggalkan wilayah Ukraina atau Ukraina mengalahkan Rusia. Tidak ada opsi Ukraina mengalah. Semoga tidak terjadi “ zero sum game” yang tragis bagi sejarah dunia.***

 

Oleh: Yuddy Chrisnandi 

 Penulis adalah Guru Besar Ilmu Politik Universitas Nasional/ Dubes RI untuk Ukraina 2017-2021.

Editor: Huminca Sinaga

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Orang Bijak Taat “Dibajak”

Meluruskan Niat Buka Bersama

Syahwat Pamer

Terpopuler