Untuk pengamatan digital menggunakan teroping Cem60 yang terpasang di dalam observatorium, dibantu dengan camera CCD hitam putih yang menghubungkan teropong dengan laptop.
Untuk membuka kamera tersebut, digunakan software Sharpcap yang berfugsi untuk memonitor tangkapan hilal atau matahari pada teropong. Apabila hilal tidak diketahui secara jelas, maka akan dilakukan oleh citra hilal dengan software lainnya seperti Iris dan Siril.
Baca Juga: Adu Program Ramadan demi Mengerek Rating
Keduanya merupakan software astronomi yang berfugsi untuk mengolah citra hilal agar terlihat kontras.
Pengamatan hilal dilakukan oleh tim Observatorium Albiruni Fakultas Syariah Unisba. Para peserta yang hadir dapat bersama-sama melihat hilal dari teropong utama yang disambungkan melalui TV dalam menampilkan tangkapan reropong. Dengan demikian, setiap orang berkesempatan melihat hilal.
Selain tim Unisba, tim Onservatorium Bosscha juga melaksanakan pengamatan hilal. Pengamatan dilakukan di Observatorium Bosscha, Lembang, mulai 21 Maret 2023 hingga 23 Maret 2023, dari pagi hingga bulan terbenam.
Baca Juga: Hadapi Ramadan dan Hari Raya, Pemerintah Akan Bagikan Bansos untuk 21,6 Juta Warga
Perwakilan tim Observatorium Bosscha Agus Triono mengatakan, Kegiatan pengamatan bulan sabit untuk mengamati ambang visabilitas bulan. Pengamatan dilakukan dengan sebuah teleskop refraktor berdiameter 106 mm yang dilengkapi detektor kamera berbasis Complementary Metal-Oxide Semiconductor (CMOS).
Citra yang ditangkap oleh kamera kemudian diproses menggunakan perangkat pengolahan citra untuk meningkatkan kualitas sabit bulan. Perangkat lunak ini dikembangkan secara mandiri oleh penelitia di Observatorium Bosscha.
Pemerintah sendiri telah mengumumkan hasil sidang isbat penentuan awal puasa 2023. Sidang memutuskan 1 Ramadan 1444 Hijriah dimulai pada Kamis 23 Maret 2023.