Sadar Saraf di Usia Produktif

- 24 Februari 2023, 06:00 WIB
Beberapa gejala seperti sakit kepala, nyeri tengkuk, nyeri pinggang bawah, kesemutan, kebas, hingga diagnosis stroke yang sebelumnya banyak diderita oleh orang tua, kini mulai menyerang anak muda. Salah satu penyebabnya, gaya hidup dan pola kerja sehari-hari.
Beberapa gejala seperti sakit kepala, nyeri tengkuk, nyeri pinggang bawah, kesemutan, kebas, hingga diagnosis stroke yang sebelumnya banyak diderita oleh orang tua, kini mulai menyerang anak muda. Salah satu penyebabnya, gaya hidup dan pola kerja sehari-hari. /ScienceDirect


PEMAHAMAN gangguan saraf di kalangan milenial dan Gen-Z masih rendah. Gejala penyakit terkait saraf semakin menyerang usia produktif.

Beberapa gejala seperti sakit kepala, nyeri tengkuk, nyeri pinggang bawah, kesemutan, kebas, hingga diagnosis stroke yang sebelumnya banyak diderita oleh orang tua, kini mulai menyerang anak muda. Salah satu penyebabnya, gaya hidup dan pola kerja sehari-hari.
Namun, masyarakat terutama anak muda cenderung masih memiliki persepsi yang salah tentang gangguan saraf. Ditambah kesadaran yang rendah untuk segera melakukan konsultasi ke dokter spesialis saraf.

"Mereka cenderung melakukan pengobatan mandiri seperti mengonsumsi obat penghilang nyeri atau pijat dan urut. Akibatnya, keluhan sakit bisa kembali kambuh atau bertambah parah," ujar Captain Neuro Care by Klinik Pintar dr. Zicky Yombana, Sp.S.

Zicky melanjutkan, saat ini profil pasien dengan gangguan saraf sudah bergeser ke usia produktif mulai dari rentang 20 sampai 30 tahun ke atas. Gejala yang muncul kerap tidak disadari sebagai gangguan saraf dan sering kali dihubungkan dengan penyakit dalam (internis) atau penyakit otot dan tulang.

Banyak pemahaman yang salah tentang gangguan saraf sehingga penanganannya terlambat. “Padahal, gangguan saraf memiliki spektrum yang sangat luas mulai dari hal ringan seperti kesemutan, sakit kepala, hingga yang hal kronis seperti stroke. Self-diagnosed bisa memicu salah penanganan dan justru tambah parah. Hal inilah yang membuat kami melahirkan Gerakan Sadar Saraf di Usia Produktif,” ujarnya.

Menurutnya, masyarakat harus segera konsultasi ke dokter spesialis jika merasakan keluhan mendadak, intensitasnya semakin sering, diikuti rasa sakit yang berat, dan berulang. Pada akhirnya screening dan konsultasi harus dijalani.

Sadar risiko
Dikatakan Zicky, para dokter bukan hanya membantu masyarakat untuk sadar risiko, tetapi juga memprediksi seberapa besar risiko yang mereka miliki. Ini agar dapat membantu identifikasi lebih awal sebelum menjadi gangguan yang mematikan dan menghabiskan banyak kerugian finansial.

"Oleh karenanya, kami menghadirkan alat dan fasilitas diagnosa yang terkemuka sejak di level klinik sehingga masyarakat tidak perlu repot-repot ke rumah sakit,” paparnya.

Wangsit Firmantika (30), seorang Content Creator di Jakarta yang sehari-harinya bekerja di depan komputer selama 8-12 jam memperkuat pernyataan Zicky. Dia kerap merasakan nyeri punggung bawah.

"Namun biasanya setelah stretching atau rebahan akan reda sendiri, atau maksimal ke tukang pijat. Setelah mendapat paparan dokter spesialis, saya baru mengerti bahwa bisa jadi ini adalah gejala penyakit saraf. Bagi pekerja usia produktif yang mobilitasnya tinggi, memang biasanya ingin mencari solusi serba cepat tapi justru enggan periksa ke dokter,” katanya.

Pada kesempatan yang sama, Chief Medical Officer Klinik Pintar dr. Eko S. Nugroho, MPH mengatakan, Neuro Care by Klinik Pintar dirancang sebagai pintu masuk masyarakat mengetahui dan mengerti dengan baik keadaan saraf dengan gejala seringan apa pun.   (Eva Fahas/"PR")***
 
 

Editor: Huminca Sinaga

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Terkini

x