Calon Pemimpin RI Harus Berguru pada Bahari Berbudaya pada Samudera

- 15 Maret 2023, 00:05 WIB
/

‘Paguyuban Pasundan siap melanjutkan perjuangan Djuanda itu. Siap menyambung jejak yang sudah dilangkahkan Ir. Juanda di dunia kemaritiman, orang Sunda harus mempersiapkan diri untuk menyambut Indonesia sebagai negara maritim,’’ paparnya.

Identitas baru

Menurut dia, SDM Indonesia terutama Tatar Sunda mau tidak mau memang harus siap dalam menunjukkan identitas baru. Indonesia sebagai negara maritim yang kuat dalam budaya, cerdas kreatif dalam mengolah kekayaan laut. Lembaga pendidikan menjadi salah satu lembaga yang harus mampu menghasilkan manusia-manusia cerdas dan kreatif yang mampu mengolah produk kekayaan laut.

Didi mengatakan, popularitas nilai-nilai kemaritiman akan meningkat ketika seluruh provinsi siap meluncurkan dan mewujudkan program inovatif. ‘’Paguyuban Pasundan bersiaga untuk mendukung dan mewujudkan bangsa Indonesia yang pemikirannya seluas samudra, mentalnya setegar karang, mewujudkan cita-citanya sekeras debur ombak,’’ katanya.

Sunda secara internasional, ungkap Didi, dikenal bangsa-bangsa lain karena Sunda Besar (kepulauan di bagian barat atan Sunda besar merupakan wilayah kamaritiman: Sumatra, Kalimatan, Sulawesi dan Jawa Barat). Ada pula kepulauan Sunda Kecil, Provinsi Bali, Provinsi Nusa Tenggara Barat, dan Provinsi Nusa Tenggara Timur, dan Pulau Timor. Gugusan ini secara politik terbagi antara Indonesia (sebagian besar), Brunei, Timor Leste dan Malaysia.

Lima pilar kebijakan maritim adalah budaya maritim, sumber daya maritim, infrastruktur dan konektivitas maritim, diplomasi maritim dan pertahanan maritim. Budaya samudra menumbuhkan dan mempererat ikatan batin sebagai satu bangsa antara penduduk pulau yang satu dengan yang lainnya.

Mulitikultur adalah keunikan dari kesatuan negara kemaritiman yang akan menghasilkan miliaran inovasi. Thomas Malthus, Pakar Demografi & Ekonomi Politik (1978) menyatakan jumlah penduduk meningkat seperti deret ukur, sedangkan ketersediaan makanan meningkat seperti deret hitung”. Begitu pula Laurence Smith, Pakar Statistik (2011) menyatakan penduduk dunia meningkat pesat. Jika pada tahun 1800 sebanyak 1 miliar orang, pada tahun 2011 menjadi 7 miliar orang.

Penduduk dunia bertambah 1 miliar orang setiap 6 tahun. Pada tahun 2043 diperkirakan jumlah penduduk dunia 12,3 miliar orang dan yang hidup di luar wilayah ekuator sebanyak 9,8 miliar jiwa.
Jika dipetakan antara teori Malthus dan data yang dimiliki Smith, ungkap Didi, maka setiap penduduk dunia pada tahun 2011 untuk mendapatkan makanan layak dalam titik krisis. Kelangkaan pangan ini telah menimbulkan dampak mengerikan.

UNICEF mencatat adanya 1 orang anak meninggal dunia setiap 2,1 detik atau hampir 15 juta anak setiap tahun karena kemiskinan, kelaparan dan kesehatan yang buruk. Oleh karenanya ancaman luar semakin terasa seperti pada Mei Tahun 2014, kilang minyak China His Yang Shi Yu 981 memulai operasi pengeboran minyak yang masih masuk wilayah ZEE dan landas kontinental Vietnam.

Konflik

Klaim Cina atas kepemilikan Laut China Selatan (LCS) berdasarkan pada zaman dinasti Han 110 Masehi telah dilakukan ekspedisi laut ke Kepulauan Spratly. Pada Tahun 1403-1433 Masehi, Dinasti Ming nelayan dan pedagang Cina telah bekerja dan menetap di kawasan itu.
Penguasaan dan pembangunan infrastruktur secara masif dan cepat di pulau-pulau LCS dan pembangunan pangkalan. Bulan November Tahun 2011, Presiden AS Barack Obama ketika singgah di Bali menyatakan Amerika akan meningkatkan operasional militernya secara drastis di bagian barat dan utara Australia dan menjadikan militer utama (Tahun 2015, 1.150 prajurit).

Latar belakang konflik, kependudukan, fakta-fakta kelangkaan pangan, air, energi, dimasa depan berbagai kepentingan dunia akan tertuju pada penguasaan pangan dan energi yang bersumber pada tumbuh-tumbuhan. Tahun 2011 British Petroleum Energi Fosil dunia yang tidak lagi Indonesia memiliki vegetasi sepanjang tahun dan kekayaan alamnya yang merupakan sumber energi, sumber pangan dan sumber air, pertempuran akan berpihak ke negara ekuator, energi, nabati dan fosil, air mineral akan habis.

Halaman:

Editor: Suhirlan Andriyanto


Tags

Terkait

Terkini

x