Asa Desa Digital Mengerek Potensi Lokal Jawa Barat

- 10 Maret 2023, 18:54 WIB
Petani memeriksa kondisi alat pengontrol suhu di perkebunan Kampung Patrol, Desa Sunten Jaya, Kabupaten Bandung Barat, beberapa waktu lalu.
Petani memeriksa kondisi alat pengontrol suhu di perkebunan Kampung Patrol, Desa Sunten Jaya, Kabupaten Bandung Barat, beberapa waktu lalu. /Armin Abdul Jabbar/"PR"

Konvensional

Pemasaran hasil mangga gedong gincu pun dilakukan konvensional melalui pengusaha-pengusaha yang sudah terjalin lama. Tidak ada juga yang memperkenalkan kepada mereka tentang metoda usaha secara modern melalui teknik aplikasi digital. Sebab, sebagian besar petani mangga menjual hasilnya secara konvensional yakni kepada bandar dengan perantara telefon saja.

Dedeng yang ditemui saat menyemprot tanaman mangga mengaku tidak paham dengan aplikasi apapun selain sambungan telefon atau WA. Ia tinggal meminta sopir untuk mengirim barang dengan dibekali catatan timbangan mangga kepada pembeli.

“Pembeli ketika mendapat kiriman kembali menimbang dan tinggal mencocokkan, setelah saling setuju uang dibayar melalui transfer atau kontan dengan dititipkan ke awak armada,” katanya.

Para petani ataupun pedagang mangga inipun mengaku belum pernah mendapat pelatihan aplikasi digital soal pemasaran, mengemas mangga atau apa pun. Mereka mengemas secara tradisional dengan keranjang bambu atau mereka menyebut korang. Cara mengemasnya keranjang bambu berdiameter 50 cm dialasi kertas koran jika mangga dikirim ke Cibiting, Surabaya atau Pasar Caringin dan kembali ditutp kertas koran. Sedangkan untuk pasar lokal dikemas kertas semen.

“Kalau keranjang kecil ukuran 5 kg ada, kalau menggunakan dus mangga bergambar mangga gedong, harga dusnya saja sudah mahal, nanti harga dus dibebankan ke harga mangga jatuhnya akan lebih mahal,” ungkapnya.

Butuh inovasi

Sementara itu, produksi buah manggis di Kabupaten Purwakarta belum optimal. Dari total pohon manggis yang ada sekitar 166.268 pohon di lahan seluas 1.662, 68 hektare, hanya sekitar 171,58 hektare yang dinilai sudah produktif.

Dari pohon yang produktif itu didapatkan hasil sebanyak 4.361,7 ton buah manggis pada tahun lalu. Buah yang diproduksi itu pun disalurkan untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal maupun global atau ekspor.

Selama ini, buah manggis terbilang sebagai salah satu produk unggulan Kabupaten Purwakarta. Buah yang ditanam para petani di Kecamatan Wanayasa dan sekitarnya diklaim sebagai varian manggis terbaik di Indonesia saat ini.

Para petani buah manggis di Purwakarta justru menunggu bantuan dari pemerintah daerah. Selama ini, mereka mengaku belum melakukan inovasi menggunakan teknologi yang lebih maju.

Menurut Ketua Kelompok Tani Mukti di Desa Cibuntu Kecamatan Wanayasa, Mahmud, inovasi dibutuhkan untuk mengatasi dampak cuaca buruk bagi produksi buah. “Harapan kami ada bantuan teknologi terbaru yang bisa diikuti petani. Sejauh ini belum ada (inovasi) yang baru,” ujarnya seperti dilaporkan kontrbutor “PR” Hilmi Abdul Halim, belum lama ini.

Halaman:

Editor: Suhirlan Andriyanto


Tags

Terkini

x