Pajak Alkes dan Obat Beban Operasional Layanan Kesehatan di Indonesia

- 8 Maret 2023, 15:53 WIB
SEORANG perawat mengoperasikan alat CT Scan di Mayapada Hospital, Jalan Terusan Buahbatu, Kota Bandung, Senin (6/3/2023). Mayapada Hospital Bandung yang diresmikan oleh Presiden Joko Widodo diharapkan dengan adanya rumah sakit tersebut bisa mengurangi jumlah masyarakat yang berobat ke luar negeri.*
SEORANG perawat mengoperasikan alat CT Scan di Mayapada Hospital, Jalan Terusan Buahbatu, Kota Bandung, Senin (6/3/2023). Mayapada Hospital Bandung yang diresmikan oleh Presiden Joko Widodo diharapkan dengan adanya rumah sakit tersebut bisa mengurangi jumlah masyarakat yang berobat ke luar negeri.* /DENI ARMANSYAH/KONTRIBUTOR "PR"

“Jika digabungkan dengan anggaran APBD, BUMN, dan swasta, total belanja alat kesehatan di Indonesia berkisar Rp 50 triliun per tahun. Sangat disayangkan jika anggaran sebesar itu lebih banyak dinikmati oleh produsen alat kesehatan dari luar negeri," kata Bambang.

Tak optimal

Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Ari Fahrial Syam menyebutkan beberapa faktor yang menyebabkan adanya warga Indonesia memilih berobat ke luar negeri yaitu harga obat-obatan yang lebih murah di luar negeri dan pilihan geografis. Alasan lain mereka memilih berobat ke luar negeri karrena tidak optimalnya pelayanan kesehatan dan biaya peralatan yang mahal.

“Harga obat-obatan yang relatif lebih murah di luar negerimenjadi pekerjaan rumah tersendiri bagi pemerintah. Berarti ada masalah dalam hal regulasi terkait obat yang lebih mahal di kita,” kata Ari di Jakarta, Selasa 7 Maret 2023.

Ari melihat pekerjaan rumah bidang kesehatan RI masih banyak. Ia memaparkan, biaya peralatan kesehatan yang lebih mahal akan berdampak kepada harga pelayanan yang lebih tinggi.

“Jadi masih pekerjaan rumah pemerintah bagaimana menyediakan sarana prasarana kesehatan di lembaga pendidikan kesehatan,” tuturnya.

Adapun jumlah pasien yang relatif banyak, menurut Ari, dapat berdampak kepada pelayanan yang tidak optimal. Pasien ada yang merasa waktu berobat sangat pendek sehingga lebih memilih berobat ke luar negeri.

Ia menambahkan, ada juga pasien yang lebih memilih berobat ke luar negeri, seperti Malaysia, lebih karena pertimbangan jarak yang dekat dengan tempat tinggalnya. “Seperti warga yang tinggal di Medan, Pekanbaru, lebih mudah menyeberang ke Malaysia” katanya.

Menurut Ari, berobat ke luar negeri adalah hak setiap warga. Meskipun demikian, seseorang yang berobat ke luar negeri itu perlu tahu juga tujuan dan kualitas rumah sakit yang menjadi tujuan.

Ia mencontohkan, RS di Singapura yang belum tentu semuanya berkualitas. Hal yang patut dicatat adalah bahwa RS di Singapura ada yang swasta dan mencari profit setinggi-tingginya.
“Jangan sampai pasien diberlakukan berbagai macam pemeriksaan yang tidak perlu sehingga biayanya bengkak,” katanya.

BPJS

Guru Besar Fakultas Kedokteran UI Zubairi Djoerban menilai, sebenarnya adanya BPJS Kesehatan cukup memberikan dampak yang menarik minat pasien untuk tetap berobat di dalam negeri. Hal ini berkaca kepada pengalamannya menangani penyakit dalam, khususnya kanker.

Halaman:

Editor: Suhirlan Andriyanto


Tags

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x