Sulitnya Layanan Kesehatan Indonesia Bersaing dengan Rumah Sakit Luar Negeri

- 8 Maret 2023, 00:05 WIB
SEORANG perawat mengoperasikan alat CT Scan di Mayapada Hospital, Jalan Terusan Buahbatu, Kota Bandung, Senin (6/3/2023). Mayapada Hospital Bandung yang diresmikan oleh Presiden Joko Widodo diharapkan dengan adanya rumah sakit tersebut bisa mengurangi jumlah masyarakat yang berobat ke luar negeri.*
SEORANG perawat mengoperasikan alat CT Scan di Mayapada Hospital, Jalan Terusan Buahbatu, Kota Bandung, Senin (6/3/2023). Mayapada Hospital Bandung yang diresmikan oleh Presiden Joko Widodo diharapkan dengan adanya rumah sakit tersebut bisa mengurangi jumlah masyarakat yang berobat ke luar negeri.* /DENI ARMANSYAH/KONTRIBUTOR "PR"

“Itu pun masih tentatif, belum ada kepastian. Jadi saya search di internet, dan ketemu dengan beberapa rumah sakit di Penang yang harga tindakannya Rp 15 juta sudah all in tiket pesawat PP dan lain-lain seperti akomodasi dan makan untuk dua hari bagi dua orang,” ujarnya.

Ayah dua anak ini menyebutkan, kepastian mengenai pelayanan dan terutama tarif, menjadi daya tarik utama ketika berobat ke luar negeri. Di dalam negeri, meskipun semakin banyak item pengobatan dan tindakan yang di-cover BPJS, akan tetapi untuk orang-orang yang punya kemampuan ekonomi lebih dan bisa memilih, opsi pengobatan ke luar negeri masih menjadi primadona.
Paduan antara harga yang murah, kecepatan layanan, penggunaan teknologi terbaik serta ingin mencicipi medical tourism, sempat dirasakan Lia (37) ketika memutuskan untuk melakukan operasi lasik di India, beberapa tahun lalu. Sejak berusia lima tahun, minus matanya terus bertambah secara progresif. Terakhir, ia memiliki minus mata 11 untuk mata kanan, dan 9 untuk mata kiri.

“Saya lelah pakai kacamata, karena sangat tebal. Untuk soft lense pun tidak bisa, karena ada silindrisnya. Maka saya tertarik untuk lasik, dan dimulailah pencarian layanan kesehatan yang bisa melakukannya dengan teknologi terbaik dan harga termurah,” ucapnya.

Dia akhirnya memilih India, karena saat itu sang ayah sedang bertugas di India. “Awalnya sekalian berlibur, jadi pas tindakan lebih tenang, dan sesudah lasik pun bisa sekalian healing,” ujar ibu satu anak yang kini bermukim di Bintaro, Jakarta Selatan ini.

Lia tak menampik jika saat ini sudah banyak rumah sakit di Indonesia yang bisa menyediakan lasik dengan teknologi tinggi dan harga yang semakin terjangkau dibandingkan satu dekade lalu. Hanya saja, ia lebih memilih salah satu rumah sakit di Delhi yang menawarkan biaya Rp 12 juta.

“Selain harganya lebih murah, saya mendapati bahwa India memiliki banyak dokter spesialis mata terbaik yang telah berpengalaman, teknologinya pun setelah saya baca-baca, lebih membuat perasaan saya tenang. Ketika masuk ruang tindakan, ada perasaan enggak terlalu deg-degan dengan side effect-nya,” tutur Lia.

Pekerjaan rumah

Dari fenomena tersebut, terlihat ada berbagai pekerjaan rumah yang masih harus dikejar oleh sistem layanan kesehatan di Indonesia. Meskipun, untuk pembiayaan kesehatan, melalui jaminan kesehatan BPJS, jangkauan untuk mendapatkan layanan kesehatan diklaim sudah lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya.

Direktur Utama BPJS Kesehatan Ali Gufron Mukti memastikan sistem BPJS di Indonesia lebih baik dibandingkan dengan negara-negara maju seperti Amerika Serikat.
“Kebetulan kami baru mendarat dari Italia. Di sana kami mendapati bahwa banyak negara-negara termasuk Amerika Serikat, dan kami pastikan bahwa BPJS Kesehatan kita lebih baik dari sistem di AS. Sistemnya, lho ya,” ucap Ali Gufron, ketika ditemui saat peresmian Mayapada Hospital Bandung, Senin 6 Maret 2023.

Ali mengatakan, perkembangan BPJS Kesehatan di Indonesia dalam sepuluh tahun terakhir relatif melesat. “Sekarang di seluruh Indonesia, pakai KTP saja sudah bisa. Ini di Malaysia belum bisa,” ujarnya.

Saat ini, salah satu problem terbesar terkait layanan kesehatan di Indonesia adalah keberadaan dokter spesialis dan subspesialis yang masih sangat kurang, jika dibandingkan dengan populasi penduduk di Indonesia. Ditemui pada kesempatan yang sama, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengakui, upaya pemenuhan dokter spesialis dan fasilitas penunjang memang harus dilakukan dalam rangka transformasi sistem kesehatan Indonesia.

Halaman:

Editor: Suhirlan Andriyanto


Tags

Terkini

x