Petani Butuh Solusi Pupuk, Bukan Impor Beras

- 6 Maret 2023, 18:18 WIB
PETUGAS memberikan beras murah kepada warga pada operasi pasar beras medium di Lapang Gasmin, Antapani, Kota Bandung, beberapa waktu lalu.
PETUGAS memberikan beras murah kepada warga pada operasi pasar beras medium di Lapang Gasmin, Antapani, Kota Bandung, beberapa waktu lalu. /DENI ARMANSYAH/KONTRIBUTOR "PR"

Sekretaris Gapoktan "Sri Jaya" Desa Cipondoh, Kecamatan Tirtamulya Hatta Susilo mengatakan, pada awal Januari 2023, harga jual gabah kering pungut (GKP) di sejumlah sentra produksi padi di Karawang tembus Rp 5500/kg bahkan hingga Rp 60.000/kg. Harga tersebut sangat menggairahkan petani untuk bercocok tanam.

Kini, ungkap Hatta, harga gabah tersebut anjlok antara Rp 4.500-Rp4.800 /kg. Penurunan signifikan harga gabah itu dipicu oleh isu masuknya beras impor ke tanah air dan faktor cuaca yang kurang bersahabat.

“Para tengkulak, selalu beralasan beras sedang "banjir" di pasaran, sehingga hargnya murah. Padahal, harga beras eceran masih tetap mahal. Isu masuknya beras impor dimanfaatkan tengkulak untuk menekan petani. Sementara peran Bulog juga tidak ada karena memang terikat oleh HPP (harga pembelian pemerintah) gabah yang jauh di bawah harga pasaran," kata Hatta seperti dilaporkan kontributor “PR” Dodo Rihanto.

Menurut Hatta, alasan pemerintah mengimpor beras karena stok di gudang Bulog menipis sangat tidak relevan dengan kondisi di lapangan. Sebab, berdasarkan data dari BPS, pada 2022 lalu produksi beras di Indonesia mencapai 55 juta ton. Sementara kebutuhan pangan rakyat Indonesia hanya 2,5 juta ton beras per bulan.

Pendapat senada disampaikan Arip Munawir Ketua Gapoktan 'Mekarjaya' Desa Kampungsawah, Kecamatan Jayakerta Kabupaten Karawang. Dia mengaku khawatir kebijakan impor yang dilakukan pemerintah bakal menekan harga juga gabah petani lokal.
"Hingga saat ini dampak dari impor beras belum begitu terasa. Tapi pada saatnya nanti akan menekan petani lokal," ucap Arip.

Di Indramayu, aktivitas panen padi sudah mulai terlihat seperti di Kecamatan Gantar, Haurgeulis, Bongas dan sekitarnya. Panen di daerah sentra pangan terbesar di Jawa Barat ini juga sudah mulai terlihat di Kecamatan Pasekan, Sindang, Lohbener.

Luasan panen raya di Indramayu masih di bawah 10 persen. Panen raya di wilayah Indramayu diprediksi akan terjadi pada akhir Maret sampai pertengahan April 2023. Untuk musim tanam rendeng tahun 2023 ini, sedikitnya ada 80.000 sampai 95.000 hektare sawah akan melakukan panen padi.

Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Indramayu, H Sutatang mengungkapkan, Indramayu dan daerah sekitarnya seperti Cirebon, Majalengka dan Subang sudah mulai memasuki masa panen.
"Ada laporan panen sudah mulai berlangsung. Meski masih di luasan lahan terbatas. Tapi ini pertanda secara umum sudah memasuki masa panen," tutur Sutatang seperti dilaporkan kontributor “PR” Agung Nugroho.

Stop impor

Melihat kondisi areal sawah di lapangan yang mulai memasuki panen, Sutatang meminta agar pemerintah sudah saatnya menyetop keran impor.

"Sekarang, karena sudah memasuki masa panen, sebaiknya keran impor distop. Produksi beras akan kembali melimpah," tutur Sutatang.

Halaman:

Editor: Suhirlan Andriyanto


Tags

Terkini

x