Ketika Musik dan Tarian Rock n Roll Dilarang di Kota Bandung

- 2 Maret 2023, 23:21 WIB

Arnhemsche Courant juga menuliskan kasus rock and roll juga bermula dari acara pesta film di Hotel Savoy Homann, Bandung beberapa minggu sebelumnya. Kritik tajam ditujukan kepada penyelenggara acara tersebut, F. W. Brandon.

Liar

Polisi Bandung bukan cuma melarang tarian rock and roll. Mereka bahkan meminta guru tari tak mengajarkan jenis tarian itu. Algemeen Handelsblad, 20 Februari 1957 mewartakan pernyataan anggota parlemen dari Masyumi bernama Ali Akbar menentang tarian rock and roll.

Ia keberatan dengan pelukan dekat wanita yang disebutnya ada dalam tarian tersebut.
"Ia menuntut agar polisi menindak tarian tersebut, seperti yang dilakukan oleh pihak berwenang di Bandung," tulis koran itu.

Pelarangan terhadap film bernuansa rock and roll juga dikupas Het Rotterdamsch Parool, 20 Februari1957. Koran tersebut mencatat pencabutan film jenis itu oleh dua bioskop di Jakarta. Padahal, film tersebut sudah dipamerkan jadwa pemutarannya.

Sebagaimana pemberitaan media lain, tudingan koran itu juga diarahkan pada acara di Savoy Homann yang ditulis, "yang diakhiri dengan pesta rock n roll liar yang menimbukan kegemparan."
Sebagai bagian dari aksi menentang tarian tersebut, polisi Bandung juga menggerebek beberapa tempat dansa publik. "Sembilan belas penggemar rock n roll, semuanya anak muda berusia sekitar delapan belas tahun, ditangkap," tulis Het Rotterdamsch Parool.

Sejumlah film-film yang tak tak diedarkan bioskop berjudul, Don't Knock The Rock dan Rock, Rock, Rock. Terkait sikap Ali Akbar, koran itu menuliskan, anggota Masyumi tersebut tidak setuju dengan tarian tersebut karena adanya pria dan wanita yang berpelukan erat di depan umum kala mereka menari dengan irama rock and roll. Ali menyatakan, perilaku itu tidak bermoral dan tidak sesuai dengan ajaran Islam.***

 

Halaman:

Editor: Suhirlan Andriyanto


Tags

Terkini