Ketika Musik dan Tarian Rock n Roll Dilarang di Kota Bandung

- 2 Maret 2023, 23:21 WIB

 

KORAN PR - PELARANGAN tarian rock and roll pernah terjadi di Bandung pada 1957. Musababnya, tarian tersebut dinilai bertentangan dengan kesusilaan dan ajaran agama. Musik hingga film berbau rock and roll pun terkena larangan serupa. Demikianlah pemberitaan koran berbahasa Belanda, Algemeen Handelsblad pada 18 Februari 1957. Rock and roll memang panen kecaman saat itu.

KORPS Bhayangkara resmi melarang tarian rock and roll di Bandung menyusul protes budayawan dan 31 organisasi pemuda terhadap kegiatan pesta film yang digelar di Hotel Savoy Homann. Dalam acara itu, para peserta meniru bintang film Amerika Serikat seperti Susan Hayward menari rock and roll. Larangan tersebut tak mempan meredam gejolak massa yang tetap menggelar unjuk rasa. 

Di Jakarta, polisi juga melakukan pelarangan yang sama. "Pelarangan ini terkait dengan kerusuhan yang terjadi di Bandoeng saat tarian ini dipertunjukkan saat pesta film," tulis Provinciale Overijsselsche en Zwolsche Courant, 21 Februari 1957.

Koran yang sama pada 20 Februari 1957 memuat berita berjudul, tidak ada rock n roll di Indonesia. Setelah tariannya dihujat dan dilarang, musik rock and roll ikut kena getah.

Winschoter Courant, 25 Februari 1957 menurunkan berita mengenai pengumuman Radio Republik Indonesia yang tidak akan menyiarkan musik rock and roll. Keputusan tersebut diambil sebagai akibat dari gejolak yang terjadi di Bandung.

Bahkan, protes berlanjut berupa penculikan Ketua Komite Sensor Film Maria Ulfah Santoso. Hal tersebut lantaran Ulfah bermaksud menonton film berjudul “Don't Knock The Rock” di Jalan Segara.

Padahal, kehadiran ia ke sana kemungkinan untuk mengetahui lebih jauh terkait persoalan itu. Pasalnya, Ulfah sempat menerima pertanyaan sejumlah pemimpin organisasi wanita yang ingin tahu persis apa yang dimaksud dengan rock and roll.

"Namun baru saja pementasan akan dimulai, sejumlah anak muda menghampiri dan meminta untuk berbicara dengan Ibu Ulfah. Ketika dia keluar, dia ditangkap oleh dua orang pemuda," tulis Arnhemsche Courant, 15 Maret 1957.

Ulfah kemudian dibawa ke markas para pemuda tersebut di Jalan Waringin. Meski kemudian dibebaskan, Jaksa Agung sempat mendatangi langsung kediaman Ulfah terkait kejadian tersebut.

Halaman:

Editor: Suhirlan Andriyanto


Tags

Terkini

x