Biasanya, jalur alternatif yang sudah ada berada di lahan sempit, sehingga untuk mengotimalkannya, harus dilakukan peningkatan struktur dan kekuatan jalan, serta dimensi geometris dan lebar jalan. Jalur alternatif juga yang biasanya sudah dibangun juga biasanya berada di antara pemukiman padat penduduk, sehingga akan menimbulkan persoalan yang lebih pelik dari sudut pandang dinamika sosial.
Ade memaparkan, akses lain dari Kota Bandung ke Kabupaten Bandung bagian selatan dan sebaliknya seperti kawasan Kopo, saat ini sudah mulai bisa terurai karena kehadiran tol. Kemacetan di sekitar kawasan tersebut juga cukup terbantu dengan pembangunan jalan layang dari Leuwipanjang ke Pasirkoja yang dioperasikan beberapa waktu lalu.
Meskipun demikian, ungkap Ade, pembangunan jalan layang di kawasan tersebut juga harus melalui proses studi kelayakan, mengidentifikasi titik pembangunan dan rutenya, ide gagasan struktur, termasuk penempatan tiang jembatan. Penempatan tiang di kawasan tersebut terlihat memungkinkan, karena ruang jalan yang cukup lebar.
“Studi kelayakan itu yang nantinya akan menjawab, apakah rencana pembangunannya memungkinkan dan layak, sebelum nanti ditindaklanjuti dengan DED,” kata Ade.
Jika dihitung dari studi kelayakan hingga penyelesaian pembangunan, Ade memperkirakan waktu pembangunan antara 3 hingga 4 tahun. Dengan catatan, jika semua proses mulus dilalui, termasuk mengenai anggaran.
Ade menyebutkan, kemacetan di Bojongsoang hanya merupakan persoalan di satu titik. Sedangkan banyak juga terjadi kemacetan parah di ruas jalan lainnya. Sementara itu, dimensi jalan yang diperlukan untuk mengimbangi angka pertambahan penduduk tidak sebanding.
Untuk menanganinya, selain mengerjakan solusi berupa penambahan dan peningkatan jalan, yang sebaiknya dilakukan adalah memiliki jaringan angkutan umum massal terpadu yang memadai. Jaringan angkutan umum massal yang terpadu harus menjadi prioritas utama untuk jangka menengah dan panjang, dan sudah harus mulai dilakukan secara serius.
“Selama ini, studinya sudah banyak dilakukan, tapi realisasi dan implementasinya secara konkret belum ada,” ujarnya.
Solusi terbatas
Pakar transportasi ITB Sony Sulaksono Wibowo mengungkapkan hal senada bahwa untuk mengatasi ruwetnya lalu lintas di area Bojongsoang bisa menggunakan jalan layang. Hanya saja, solusi tersebut bersifat terbatas di titik tersebut.