Konflik yang sering terjadi ini tidak lantas membuat kehadiran wakil kepala daerah tidak diperlukan. Keberadaan wakil tetap perlu karena mengantisipasi potensi kepala daerah menjadi tidak dapat memimpin atau berhalangan tetap. “Seperti misalnya di Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Karawang karena kasus korupsi. Juga di Kota Bandung yang wali kota-nya meninggal dunia. Namun, yang perlu dipahami, wakil itu hanya ‘ban serep’, jadi tidak bisa lebih dari itu peran yang dibayangkan,” ujarnya.
Soal waktu
Mundurnya Lucky Hakim sebagai Wakil Bupati Indramayu sebenarnya merupakan antiklimaks dari ketidakharmonisan hubungan dengan Bupati Nina Agustina. Bagi warga Indramayu, mundurnya Lucky tidak mengherankan karena hanya soal waktu.
“Hanya, yang terasa mengejutkan, mundurnya Lucky Hakim justru ketika sebenarnya tidak terdengar lagi riak di antara tidak harmonisnya hubungan pimpinan daerah di Pantura Jawa Barat ini,” kata pengamat politik dari Indramayu, Saeful Yamien.
Setelah resmi dilantik, bulan madu Nina Agustina dan Lucky Hakim rupanya hanya seumur jagung. Tidak butuh waktu lama, keduanya kemudian berada dalam status perang dingin.
Tidak jelas penyebab pecah kongsi antarkeduanya. Namun, di antara pecah kongsi pimpinan daerah, konflik Nina-Lucky dinilai paling dramatik. Sejak terjadi konflik itu, Lucky Hakim tidak pernah menerima penugasan apa pun. Sampai akhirnya, pesinetron itu seperti terisolasi dari tugas-tugasnya sebagai wakil bupati.***