Hindari Penipuan Online lewat File APK, Lakukan Lima Tips Ini

- 19 Maret 2023, 12:08 WIB
Illustrasi penipuan online. *
Illustrasi penipuan online. * /Dok Tokopedia

KORAN PR - Penipuan online lewat file APK banyak terjadi belakangan ini dan bisa menimbulkan berbagai kerugian finansial, seperti terkurasnya rekening di aplikasi bank, saldo di aplikasi uang elektronik maupun e-commerce dan platform daring lainnya.

Menurut Bank Indonesia (BI) lewat situs resminya, modus penipuan undangan pernikahan dan modus penipuan kurir paket, merupakan dua dari berbagai modus penipuan yang tengah marak terjadi.

Modus baru ini akan mencuri informasi dan data pribadi, sehingga penting bagi masyarakat untuk selalu waspada.

Penipuan online tersebut dilakukan oleh pelaku dengan cara mengirim file APK ke calon korban melalui aplikasi pesan singkat. Setelah file APK tersebut diunduh dan diberi izin akses, pelaku bisa mencuri data rahasia dari handphone calon korban, seperti foto, video, SMS, akses akun m-banking dan lain-lain.

Baca Juga: Masih Ada Kesenjangan dalam Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah

Melihat hal ini, Direktur Corporate Affairs Tokopedia, Nuraini Razak, mengungkapkan lima tips agar masyarakat terhindar dari penipuan online lewat pengiriman file APK dan tetap menjaga kerahasiaan data pribadi di ruang digital.

Kelima tips itu, yakni pertama, jangan asal klik link atau download file APK. Saat menerima pesan berisi file APK dari nomor tidak dikenal–misalnya berupa undangan pernikahan digital, tagihan, resi pengiriman dan sebagainya–lewat aplikasi pesan singkat, hindari mengeklik atau mengunduh file tersebut.

“Jika pengguna terlanjur mengeklik atau download file APK ilegal, segera kembalikan handphone ke setelan pabrik (reset factory). Ubah seluruh data di semua akun aplikasi yang menyimpan data pribadi, seperti nomor handphone, e-mail, password dan PIN, di aplikasi perbankan dan yang berkaitan dengan transaksi digital lainnya," ucap Nuraini.

Baca Juga: Agar Melek Digital, Para Lansia Belajar Literasi Digital di Fikom Unisba

Kedua, konfirmasi ulang dan laporkan informasi mencurigakan. Selalu lakukan konfirmasi ulang, melalui jalur terpercaya atau resmi, saat menerima pesan mencurigakan atau file APK dari pihak, yang mengaku sebagai kerabat dekat atau instansi lain.

Ketiga, aktifkan fitur keamanan dan rutin ganti password. Melakukan pembaruan sistem operasi, aplikasi dan software pada handphone secara berkala bisa bermanfaat dalam meningkatkan keamanan perangkat.

Masyarakat juga dianjurkan rutin mengganti password di seluruh akun, termasuk aplikasi perbankan dan yang berkaitan dengan transaksi digital lainnya, seperti Tokopedia.

Baca Juga: Turut Berupaya Meningkatkan Tingkat Literasi dan Inklusi Keuangan Perempuan

"Hindari menggunakan password yang sama antar akun. Saat mengganti password, jangan pernah sebar kode OTP atau password ke orang lain untuk menghindari kebocoran akun," katanya lebih lanjut.

Keempat, hindari bertransaksi di luar platform resmi. Platform marketplace menggunakan sistem rekening bersama (rekber) untuk melindungi pengguna ketika bertransaksi secara online. Sistem ini membuat uang pembeli hanya akan diteruskan ke penjual jika produk sudah diterima oleh pembeli sesuai pesanan.

“Pastikan proses transaksi jual-beli online selalu dilakukan di dalam platform resmi, seperti Tokopedia. Jika ada pihak yang meminta melanjutkan komunikasi atau bertransaksi di luar platform resmi, segera lapor melalui customer service instansi yang bersangkutan. Di Tokopedia, pengguna bisa lapor lewat pusat bantuan Tokopedia Care,” ujar Nuraini.

Baca Juga: BukuWarung Mendorong Inklusi Keuangan dengan Pinjaman Produktif

Terakhir, jangan bagi data pribadi di media sosial. Menghindari memberikan informasi pribadi melalui media sosial–mulai dari nomor handphone, alamat rumah, nama lengkap ibu, nomor rekening bank, NIK, KK dan data pribadi lainnya– bisa mencegah potensi kebocoran atau pencurian data.

“Tokopedia bersama pemerintah dan mitra strategis lain terus bekerja sama dalam meningkatkan literasi digital masyarakat. Salah satunya melalui modul literasi mengenai perlindungan data pribadi di ruang daring," ucap Nuraini.

Nuraini juga menambahkan bahwa Tokopedia senantiasa melakukan berbagai edukasi terkait perlindungan data pribadi kepada pengguna melalui berbagai kanal, seperti media sosial resmi, blog, seminar atau workshop dan bentuk komunikasi publik lainnya.

Kelalaian masyarakat

Terpisah, Direktur Eksekutif Segara Research Institute Piter Abdullah menilai pembobolan data nasabah lebih banyak disebabkan kelalaian nasabah, terutama dalam menjaga kerahasiaan data pribadi berupa identitas, buku tabungan, Personal Identification Number (PIN), dan data pribadi lainnya.

"Literasi masyarakat Indonesia yang masih rendah sebagai salah satu faktor utama penyebab masih tingginya kebocoran data nasabah. Hal ini tentu harus menjadi perhatian khusus bagi regulator," ujar Piter dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu 18 Maret 2023.

Menurut Piter, perlu ada peningkatan edukasi untuk meningkatkan literasi dan sadar risiko. Dia juga mengingatkan masyarakat agar lebih bijak dan berhati-hati dalam menggunakan media sosial, apalagi menyangkut perbankan karena bisa memicu ketidakpercayaan masyarakat terhadap perbankan.

"Itu adalah kewajiban kita bersama, karena menyebar berita negatif tanpa tahu masalahnya bisa terjerumus ke penyebaran hoaks dan bisa berdampak hukum," ujar Piter.

Peran OJK

Sementara itu, pengamat perbankan Paul Sutaryono menambahkan, peran Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sangat dibutuhkan dalam mendorong literasi, edukasi hingga sosialisasi kepada masyarakat Indonesia terkait dengan kerahasiaan data.

Dengan demikian, tingkat melek keuangan (financial literacy) masyarakat akan semakin tinggi. Upaya tersebut akan dapat menekan potensi risiko kasus-kasus keuangan seperti perbankan dan lembaga keuangan lainnya yang rentan terhadap pembobolan data.

"Sudah seharusnya OJK sebagai pendekar sektor jasa keuangan terus menerus melakukan edukasi dan sosialisasi tentang keuangan. Hal itu dapat memuat baik madu (manfaat) maupun racun (potensi risiko) produk dan jasa perbankan," ujar Paul, seperti dikutip dari Antara.

Namun demikian, lanjut Paul, hal itu kembali kepada para nasabah itu sendiri. Para nasabah harus mengerti betul risiko-risiko yang terjadi jika lengah dalam menggunakan layanan perbankan.

"Jangan lupa nasabah atau konsumen harus pula terus belajar dan menjaga keamanan data pribadi terkait dengan produk dan jasa perbankan yang mereka miliki. Data itu bisa berupa ATM, buku tabungan, nomor rekening, nomor KTP, nama ibu kandung. Itu semua amat bermanfaat untuk mencegah potensi risiko fraud yang bisa merugikan bank dan nasabah," kata Paul. ***

Editor: Kismi Dwi Astuti

Sumber: Berbagai sumber


Tags

Terkini

x