Guru Besar ITB: Pemanfaatan Bioteknologi Bisa Tingkatkan Perkembangan Jamu

- 20 Maret 2023, 17:52 WIB
Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB) Elfahmi menyampaikan orasinya tentang bioteknologi untuk meningkatkan kadar zat berkhasiat tanaman obat pada acara Orasi Ilmiah Guru Besar di Kampus ITB, Bandung, Sabtu (18/3/2023).
Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB) Elfahmi menyampaikan orasinya tentang bioteknologi untuk meningkatkan kadar zat berkhasiat tanaman obat pada acara Orasi Ilmiah Guru Besar di Kampus ITB, Bandung, Sabtu (18/3/2023). /Rani Ummi Fadila

KORAN PR - Pemanfaatan ilmu dan teknologi dapat meningkatkan perkembangan obat herbal di Indonesia. Salah satu pendekatan ilmu dan teknologi yang bisa digunakan yaitu teknik bioteknologi, mulai dari kultur sel, jaringan dan organ tanaman sampai rekayasa genetika.

Hal itu diungkapkan Elfahmi, Guru Besar Bidang Bioteknologi Tumbuhan Obat Institut Teknologi Bandung (ITB). Dia menyampaikan orasi pada acara Orasi Ilmiah Guru Besar di Kampus ITB, Sabtu 18 Maret 2023.

Menurut Elfahmi, bahan alam, terutama tanaman, masih merupakan sumber yang menarik untuk dikembangkan. Di Tiongkok, penggunaan bahan alam yang didukung dengan data ilmiah berkembang untuk pengobatan.

Saat pandemi Covid-19, otoritas Tiongkok mengeluarkan 28 jenis pedoman, dua di antaranya dikeluarkan oleh pemerintah Korea, terkait penggunaan obat tradisional Tiongkok untuk penanganan Covid-19. Hasil penggunaan obat herbal itu menunjukkan hasil yang bagus.

Baca Juga: Dukung Kemandirian Obat via Fitofarmaka

Indonesia juga bisa seperti China, dengan memanfaatkan jamu, sebagai sistem pengobatan. Meski demikian, terdapat tantangan dalam mengembangkan jamu dalam sistem pengobatan.

Salah satunya, rendahnya kadar zat berkhasiat dalam tanaman yang digunakan sebagai bahan membuat jamu. Apabila kadar senyawa berkhasiat rendah, maka dibutuhkan bahan baku yang sangat banyak.

Untuk mengatasi kendala itu, pendekatan bioteknologi dapat diimplementasikan untuk meningkatkan kadar zat berkhasiat dari tanaman obat. Pendekatan bioteknologi yakni dengan pemanfaatan teknik kultur jaringan dengan berbagai modifikasi.

Baca Juga: Pajak Alkes dan Obat Beban Operasional Layanan Kesehatan di Indonesia

Kombinasi teknik kultur jaringan dengan rekayasa genetika dan metabolik diaplikasikan dalam rangka memproduksi metabolit aktif dari tanaman obat.

"Aplikasi teknikbioteknologi dalam pengembangan obat herbal di Indonesia dapat membuktikan khasiat obat herbal sehingga level produk obat herbal dapat ditingkatkan," kata Elfahmi.

Upaya lainnya adalah dengan mengisolasi senyawa aktif tanaman obat Indonesia dan menguji aktivitas farmakologi. Dengan cara itu, Elfahmi berharap, nantinya bisa ada obat konvensional dari tanaman obat Indonesia.

Upaya itu bukan merupakan upaya yang mudah. Namun, dia yakin, dengan perencanaan yang baik, konsisten dan sinergi kuat, hal itu tidak mustahil.

Kurangi impor

Pemanfaatan bahan herbal untuk obat juga dapat mengurangi impor obat. Hal itu karena banyak bahan baku obat konvensional berasal dari luar negeri. Sementara, bahan alam untuk obat herbal tersedia di dalam negeri.

"Ketertarikan industri farmasi besar dalam mengekplorasi bahan alam juga sangat menentukan capaian usaha kemandirian obat," ucap Elfahmi.

Sampai saat ini, belum ada obat konvensional yang dikembangkan di Indonesia, walaupin beberapa tanaman penghasil obat telah tumbuh di dalam negeri. Contohnya, obat antikanker vinkristin dan vinblastine dari tanaman dara, sinkonidin dari tanaman kina dan artemisinin, obat antikanker taxol, paclitaxel dan turunannya dari Taxus brevifolia atau Taxus baccata.

Acara Orasi Ilmiah Guru Besar tersebut juga dihadiri Guru Besar Ari Widyanti yang menyampaikan orasi tentang argonkmi kognitif di industri 4.0 serta Guru Besar Agus Jatnika Effendi yang menyampaikan orasi tentang rekayasa pemulihan fungsi lingkungan hidup untuk pencapaian target pembangunan yang berkelanjutan. ***

Editor: Kismi Dwi Astuti


Tags

Terkini

x