Tim Mahasiswa ITB Buat Prototipe Biosensor Pendeteksi Malaria

27 Maret 2023, 21:02 WIB
Tim Mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) meraih prestasi di Festival Ilmiah Mahasiswa 2023. /Dok ITB

KORAN PR - Tim Mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) meraih prestasi di Festival Ilmiah Mahasiswa 2023. Tim yang beranggotakan tiga orang yakni Muhammad Dzul Fakhri, Maha Yudha Samawi dan Bilqis Naura Safira Rizam itu berhasil meraih juara 1 Karya Tulis Ilmiah dalam lomba yang diselenggarakan di Universitas Sebelas Maret.

Tim bernama Mahabidzul itu mengangkat topik Pengembangan Biosensor Berbasis Toehold Switch untuk Determinasi Patogen Penyebab Malaria secara Cepat dan Akurat sebagai Perwujudan Program SDGs 2030 dalam karya tulis ilmiahnya.

Dzul selaku ketua tim menyampaikan, topik ini mereka ambil karena penyakit malaria tergolong penyakit endemik dan pengobatannya berbeda-beda di setiap kasus.

Baca Juga: Guru Besar ITB: Pemanfaatan Bioteknologi Bisa Tingkatkan Perkembangan Jamu

Secara umum, malaria dibedakan menjadi lima jenis berdasarkan parasitnya, yakni Plasmodium Vivax, Plasmodium Ovale, Plasmodium Malariae, Plasmodium Falciparum, dan Plasmodium Knowlesi. Setiap parasit memiliki struktur DNA yang berbeda-beda yang dimanfaatkan Tim Mahabidzul mendeteksi kelimanya.

Dibimbing oleh Dosen SITH, Dian Rosleine, mereka mencoba merancang desain biosensor untuk mendeteksi jenis penyakit malaria yang satu dengan lain sehingga pengobatan dapat lebih efektif.

Dzul mengungkapkan bahwa basis penelitian mereka berupa rancangan dengan bantuan komputasi sehingga Dzul dan tim belum sempat melakukan uji coba.

Baca Juga: Tim Riset ITB Sulap Limbah Kotoran Sapi Jadi Produk Sehari-hari yang Bermanfaat

“Beberapa penelitian yang menggunakan biosensor ada yang sudah melakukan uji dan hasilnya 100 persen. Jadi kami yakin jika desain kami dikembangkan lebih lanjut juga akan menghasilkan yang sama,” ungkap Dzul melalui siaran pers, Senin 27 Maret 2023.

Latar belakang di balik pemilihan topik berasal dari tugas besar Yudha. Sebelumnya Yudha sempat membuat biosensor di salah mata kuliah dan dikembangkan untuk mengikuti lomba. Dzul yang mengambil Kelompok Keahlian Biokimia juga tidak terlalu asing dengan biosensor sehingga kolaborasi mereka terjalin optimal.

Proses riset yang dilakukan Tim Mahabidzul tidaklah mudah. Dua setengah bulan lamanya mereka mengembangkan inovasinya. Namun, Dzul mengungkapkan bahwa dia dan tim tidak mengalami kesulitan dalam pembagian tugas. Setiap individu sudah mengetahui tugas yang harus dilakukan sehingga pengerjaan berjalan begitu saja.

Baca Juga: Sakola Kembara, Sekolah Gratis untuk Anak Desa di Pelosok Bandung Barat Bentukan Mahasiswa ITB

Kesulitan yang mereka alami hanya terletak pada penyediaan waktu. Ketiganya memiliki kesibukan masing-masing, disamping mempersiapkan lomba. Dzul menyampaikan kesulitannya mengikuti lomba ditengah tanggung jawab tugas akhir yang harus dijalani. “Bulan April, saya sudah ditunggu dosen pembimbing buat seminar hasil,” ungkap Dzul.

Semangat berkarya menjadi penguat Dzul dan tim untuk membanggakan nama ITB. Prototipe yang dibuat di hari-hari terakhir sebelum final juga menjadi sebuah kebanggaan buat mereka. Sempat berdebat kecil pentingnya sebuah prototipe pada penelitian mereka, namun keegoan masing-masing terkalahkan dengan ambisi untuk menang.

"Jangan pernah takut untuk eksplor suatu ide yang orang anggap nggak penting,” ucap Dzul. ***

Editor: Kismi Dwi Astuti

Sumber: Siaran Pers

Tags

Terkini

Terpopuler