Riwayat Haji: Lampau dan Kini (4) Ancaman di Sepanjang Jalan Menuju Mekah

- 15 Februari 2023, 17:10 WIB
'CARAVAN of pilgrim in Ramleh pada 1236-1237 M (634 H)', lukisan karya Yahya bin Mahmud al-Wasiti.*
'CARAVAN of pilgrim in Ramleh pada 1236-1237 M (634 H)', lukisan karya Yahya bin Mahmud al-Wasiti.* /BIBLIOTHEQUE NATIONALE DE FRANCE

KORAN PR - Hingga dua dekade awal abad ke-20 M, hanya sedikit orang yang mampu ”membuat jalan” ke Mekah untuk naik haji. Sebagaimana disitat dari laman Saudiembassy.net, hal itu lantaran banyaknya kesulitan yang ditemui, lamanya waktu perjalanan, dan besarnya biaya untuk menggapai tanah suci.

Jemaah haji yang datang dari segala penjuru dunia Islam harus mengorbankan waktu setidaknya setahun untuk menempuh perjalanan itu. Banyak yang meninggal dunia di perjalanan lantaran minimnya fasilitas di sepanjang rute ataupun di kota suci itu sendiri.

Soal ini, kita dapat membaca pengalaman Ludovico Bartema, “tuan terhormat dari Roma” yang bepergian ke Mekah pada tahun 1503, sebagaimana dicatat oleh Augustus Ralli di dalam bukunya Christians at Mecca (1909). Bartema mengungkapkan bahwa perjalanannya ke Mekah ditemani oleh ”rasa lapar dan haus, cuaca dingin dan panas, peperangan, tawanan, dan ketakutan-ketakutan”. Akan tetapi, ia tetap melakoni perjalanan panjang itu karena didorong oleh “hasrat membara untuk mengetahui”.

Dari Venesia, Bartema menuju Alexandria lalu mengunjungi Mesir, Berynto, Tripoli, Antioch, dan Damaskus. Di Damaskus, secara kebetulan ia bertemu dengan ”salah seorang pemimpin pasukan Mamluk”, lalu memutuskan untuk pergi ke Mekah dengan menyamar sebagai seorang Mamluk. Bartema bergabung dengan kafilah yang disebut-sebut beranggotakan 40.000 laki-laki (termasuk 60 tentara Mamluk) dan 35.000 unta.

Perjalanan ke Mekah memakan waktu 40 hari, di mana beberapa hari di antaranya digunakan untuk berhenti dan beristirahat di Madinah. Di sana, kafilah sempat berperang melawan sejumlah orang dari suku Badui yang menuntut harga sangat mahal untuk air. Tanpa perlawanan berarti, kafilah dapat mengalahkan orang-orang Badui tersebut.

Baca Juga: Riwayat Haji: Lampau dan Kini (3) ‘Ukazh, bukan Sekadar Pasar

Arkian, Bartema mendeskripsikan kondisi padang pasir yang membentang antara Madinah dan Mekah, yakni dataran sangat luas yang tertutup oleh pasir putih lembut, seperti tepung. Angin menerbangkan pasir ke arah kafilah sehingga tak ada satu pun anggota kafilah dapat melihat rekan-rekan seperjalanan dalam jarak lebih dari sepuluh langkah. Di sepanjang perjalanan, Bartema pun menyaksikan pemandangan mayat-mayat yang sudah mengering di jalan sehingga tampak seperti mumi.

Deskripsi serupa disampaikan oleh Vincent Le Blanc, asal Marseille, yang bepergian ke Mekah pada tahun 1568. Ia mengisahkan tentang fatamorgana yang terlihat di hamparan padang pasir sehingga membuat banyak anggota kafilah keluar dari barisan untuk menghampirinya. Banyak dari mereka meninggal dunia lantaran kehausan. Bekal air sudah habis.

Halaman:

Editor: Hazmirullah


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x