Network
Menurut Ismail, sebelum pandemi, nyaris setiap bulan ada kompetisi. Hal ini menambah portofolio barista yang memang semakin banyak di Kota Bandung seiring bertumbuhnya kedai kopi.
"Dunia kopi di Indonesia, khususnya di Bandung terus berkembang. Trennya juga terus berubah. Namun, profesi barista belum bisa menjadi profesi utama yang menjanjikan, kecuali bekerja di perusahaan yang besar. Saya sendiri, sampai hari ini, masih ingin terus menjadi barista," ucap Ismail.
Luasnya kesempatan untuk bergerak di dunia pahitnya kopi membuat Firman Prakasa (26) bertahan menjadi barista sejak 2016. Saat ini, Firman bekerja di Daily Routine Coffee & Roasters. Selain itu, dia juga memiliki merek kopi sendiri yang dipasarkan secara daring, yaitu Suddenly Coffee.
"Saya suka minum kopi sejak SMA. Dari situ, saya penasaran bagaimana caranya bikin kopi, akhirnya tertarik jadi barista. Dulu berpikirnya, kalau jadi barista bisa minum kopi gratis setiap hari," ungkap Firman seraya tertawa.
Impian
Firman belajar menjadi barista secara autodidak. Sampai sekarang pun dia masih terus belajar untuk meracik kopi. Firman juga berupaya membagi waktu sebagai barista di kedai kopi Daily Routine dan Suddenly.
"Sebelum kerja di Daily Routine lima bulan lalu, saya sempat mau berhenti jadi barista. Saya merasa persaingan makin ketat dan saya enggak tahu jadi barista mau sampai kapan, lalu mau apa. Akan tetapi, saya ketemu Bang Ucok dari Daily Routine, dia yang bikin saya kembali mantap jadi barista," ucap Firman.
Kini, Firman percaya, profesi barista adalah sesuatu yang menjanjikan di masa depan. Bergerak di bidang kopi, kata Firman, tidak hanya menjadi barista. Namun, bisa juga menjadi trainer, seperti yang Firman lakukan sekarang. Selain itu, bisa juga membangun kedai kopi impian.
"Indonesia itu punya potensi kopi yang besar tapi belum dimaksimalkan. Antusiasme masyarakat terhadap kopi juga tinggi, tinggal para pelaku di industrinya yang punya strategi, bagaimana menikmati kopi yang menyenangkan," ujar Firman. ***
