Impian Manis Tertambat di Dunia 'Pahitnya' Kopi

- 4 Maret 2023, 14:03 WIB
SEJUMLAH peserta mengikuti pelatihan barista di Rumah Cahaya Bangkit, Jalan Liogenteng, Kelurahan Nyengseret, Kota Bandung.  Dengan pelatihan tersebut diharapkan para peserta menambah pengetahuan serta meningkatkan keahlian dalam bidang pengolahan kopi,  juga diharapkan bisa  membuka peluang  menjadi wirausaha muda mandiri.
SEJUMLAH peserta mengikuti pelatihan barista di Rumah Cahaya Bangkit, Jalan Liogenteng, Kelurahan Nyengseret, Kota Bandung. Dengan pelatihan tersebut diharapkan para peserta menambah pengetahuan serta meningkatkan keahlian dalam bidang pengolahan kopi, juga diharapkan bisa membuka peluang menjadi wirausaha muda mandiri. /ARMIN ABDUL JABBAR/


KORAN PR - SUARA mesin pembuat kopi merek Rocket memecah keheningan di tengah hari Jumat (3/3/2023) yang terik. Tangan Ismail AS (29) dengan cekatan meracik secangkir kopi magic panas, pesanan seorang pembeli. Kopi magic terdiri atas ristretto yang lebih intens jika dibandingkan dengan espreso, susu, dan sedikit busa.

 

Aroma kopi nan memikat langsung menyergap indra penciuman. Dengan memakai biji kopi arabica dari Pangalengan, Kabupaten Bandung, menyesap secangkir kopi magic tanpa gula bisa menghilangkan kantuk atau penat yang mendera.

Ismail merupakan salah seorang barista di kedai kopi Kozi Veteran, Jalan Veteran, Kota Bandung. Sejak Februari 2019, Ismail serius menekuni profesi sebagai barista.
"Mulanya karena suka minum kopi, kemudian jadi tertarik, bagaimana cara bikin kopi yang enak atau sesuai selera. Melalui kopi, banyak hal yang bisa dieksplorasi. Dari cara menyeduhnya saja, hasilnya bisa berbeda," tutur Ismail.

Sebagai barista, Ismail tak pernah belajar formal. Kemampuan dia meracik kopi berkembang autodidak. Sebelum jadi barista, Ismail sempat bekerja di salah satu perusahaan rintisan. Beruntung, ketika memutuskan untuk menjadi barista, Ismail memilih untuk bergabung ke Kozi Company.

"Istilahnya saya learning by doing, karena di Kozi dikasih sarana untuk belajar. Kebetulan, Kozi cabangnya ada beberapa, jadi sebelum di Veteran, saya sempat menjadi barista di kedai Kozi yang lain," kata Ismail.

Setelah empat tahun menjadi barista, Ismail merasakan banyak suka dan duka. Dukanya, kata Ismail, saat kedai kopi sedang sepi. Terutama, saat badai pandemi datang dua tahun ke belakang.

Kalau sukanya, Ismail senang bisa bertemu sesama penggemar kopi. Tak sedikit pelanggan yang datang untuk bertukar kisah tentang kopi. Apalagi, kedai kopi tempat Ismail bekerja konsepnya memang dibuat terbuka. Jadi, siapa pun bisa melihat proses pembuatan segelas kopi.

Kompetisi

Ismail tak menampik, jika suatu hari nanti dia ingin mempelajari kopi secara formal. Bisa melalui kursus atau sekolah. Namun, untuk saat ini, demi meningkatkan kemampuan menjadi barista, Ismail menjajal berbagai kompetisi barista.

Halaman:

Editor: Suhirlan Andriyanto


Tags

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x