Cegah Difteri agar Tak (Lag)i Menyebar!

- 26 Februari 2023, 16:21 WIB
Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin Diphteria Tetanus (DT) saat imunisasi anak sekolah di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Kediri, Jawa Timur Senin 2 Januari 2023.
Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin Diphteria Tetanus (DT) saat imunisasi anak sekolah di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Kediri, Jawa Timur Senin 2 Januari 2023. /Prasetia Fauzani/ANTARA FOTO

KORAN PR - Belum lama ini, Kabupaten Garut, Jawa Barat ditetapkan sebagai wilayah kejadian luar biasa (KLB) difteri. Selain harus ditangani secara cepat untuk menekan angka kejadian, imunisasi DPT merupakan faktor kunci pengendalian penyakit menular ini agar tidak lebih cepat menyebar.

MENYERUAKNYA kasus penyakit difteri di Garut menambah deretan peningkatan kasus KLB di Indonesia. Sebelumnya, KLB polio muncul di Pidie, Aceh yang sampai sekarang masih dalam proses pengendalian. Selain itu, sebanyak dua belas provinsi mengeluarkan pernyataan KLB campak, mulai dari Sumatera Barat, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Utara, Nusa Tenggara Timur, hingga Papua.

Difteri sebenarnya bukan merupakan penyakit baru. Difteri merupakan infeksi bakteri yang terjadi pada hidung dan tenggorokan. Difteri merupakan penyakit yang sangat menular dan mengancam jiwa.

Gejala difteri secara umum ditandai dengan batuk, bersin, atau luka terbuka. Gejala lain yang dirasakan oleh penderita difteri termasuk sakit tenggorokan dan masalah pernapasan.

“Dengan status KLB difteri di Garut, yang harus diwaspadai adalah cakupan imunisasi pada anak-anak, apakah sudah memenuhi kadar antibodi yang cukup atau belum?” ucap Dokter Spesialis Anak Santosa Hospital Bandung Central Isa Muda Ariantana kepada “PR”, Jumat 24 Februari 2023.

Penyebab utama difteri adalah infeksi bakteri Corynebacterium diphteriae, yang menyerang selaput lendir pada hidung dan tenggorokan. Pada pemeriksaan fisik terhadap penderita difteri, dapat terlihat selaput berwarna putih abu-abu pada tenggorokan.

“Bakteri ini paling sering menginfeksi bagian hidung dan tenggorokan. Setelah menginfeksi, bakteri melepaskan zat berbahaya yang disebut toxin (racun) yang dapat menyebar melalui aliran darah,” kata Ariantana.

Dalam beberapa kasus, racun tersebut juga dapat merusak organ lain, termasuk jantung, otak, dan ginjal. Hal itu berpotensi menimbulkan komplikasi yang mengancam jiwa atau kematian.

Infeksi difteri dapat menular melalui droplet atau partikel di udara, atau ketika seseorang menyentuh luka yang terinfeksi kuman difteri. Selain itu, penularan difteri juga bisa terjadi melalui air liur seseorang.

Halaman:

Editor: Suhirlan Andriyanto


Tags

Terkini

x