Otomatisasi dan Kecerdasan Buatan Ancaman (Lama) Tenaga Kerja

- 22 Februari 2023, 16:52 WIB
Presiden Joko Widodo saat meninjau kendaraan Morris Garage 4 EV di pameran IIMS, JIExpo Kemayoran Jakarta, Kamis 16 Februari 2023.
Presiden Joko Widodo saat meninjau kendaraan Morris Garage 4 EV di pameran IIMS, JIExpo Kemayoran Jakarta, Kamis 16 Februari 2023. /Biro Pers Sekretariat Presiden/ANTARA/HO-Biro Pers Sekretariat Presiden

Untuk pekerjaan tradisional, perannya dapat digantikan oleh teknologi digital. Pekerjaan tukang cetak, pengantar surat, dan resepsionis akan semakin menurun permintaannya di masa depan.

Ida menuturkan, pandemi Covid-19 ini membuat masyarakat maupun industri membentuk tatanan kehidupan baru. Tidak hanya industri yang menerapkan work from home (WFH) tapi juga pola konsumsi masyarakat berubah. Perubahan ini tentu memberikan efek yang besar terhadap perilaku industri dan pekerja sehingga tercipta sebuah tatanan baru dalam dunia kerja.

Teknologi juga membuat pekerjaan menjadi sangat fleksibel baik secara waktu ataupun tempat, sehingga pekerjaan tidak lagi harus dikerjakan dari kantor dengan jam kerja yang monoton. Perubahan ini mempercepat transformasi ketenagakerjaan yang terus bergerak ke arah revolusi industri 4.0. "Pada akhirnya, profil dan skill tenaga kerja yang dibutuhkan di masa depan juga berubah," katanya.

Riset WEF memprediksi kemampuan yang akan semakin dibutuhkan ke depannya adalah pemikiran kritis dan analitis, kreativitas dan inovasi. Kemampuan lain yang dibutuhkan yakni penggunaan dan desain teknologi, kemampuan menyelesaikan masalah, fleksibilitas, kemampuan menghadapi stres serta kepemimpinan dan pengaruh sosial.

Sementara itu, kemampuan yang banyak berhubungan dengan kemampuan manual dan tradisional akan berkurang jumlahnya. "Oleh karena itu, pada saat ini kompetensi dan fleksibilitas kerja menjadi poin utama. Tenaga kerja juga dituntut untuk menguasai perkembangan teknologi dengan soft skills yang memadai. Selain itu, kreativitas, inovasi dan kewirausahaan akan menjadi poin penting bagi perkembangan dunia usaha ke depannya," ujar Menaker.

Vokasi

Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jabar, Rachmat Taufik Garsadi yang mulai merasakan adanya perubahan kebutuhan perusahaan saat ini. Dulu dengan nilai investasi sebesar Rp 1 triliun dapat menyerap 1.000 tenaga kerja, namun kini berkurang hingga 90 persen. Hanya 100 pegawai yang dibutuhkan seperti operator mesin.

"Karena dengan otomatisasi lebih murah dan efisien untuk perusahaan. Selain itu isu mahalnya upah pekerja jadi alasan perusahaan melirik otomatisasi,"kata Taufik.

Tren menuju era baru itu mulai terasa di kawasan industri Karawang. Pabrik-pabrik besar mulai memperkerjakan operator untuk mengoperasikan mesin-mesin produksi mereka.
Melihat fenomena tersebut, Pemprov Jabar telah menyiapkan dua langkah antisipasi agar tenaga kerja tetap terserap oleh industri. langkah pertama dengan memperbanyak vokasi bagi tenaga kerja Jabar dengan memanfaatkan Perpres 68/2022 tentang Revitalisasi Pendidikan Vokasi dan Pelatihan Vokasi.

"Makanya kita dorong perusahaan dengan dinas pendidikan, lembaga pelatihan kerja (LPK) untuk menggelar pelatihan vokasi. Jadi melalui kerja sama pendidikan dan pelatihàn vokasi, para pencari kerja didorong untuk mendapatkan sertifikasi kompetensi sesuai minat dan bakat serta kebutuhan kompetensi dunia kerja,"tuturnya.

Upaya yang kedua, Pemprov Jabar membentuk IKM (industri kecil menengah) di tengah ekosistem industri besar. "Jadi ada beberapa industri perlu pasokan bahan dari luar. Nanti didorong di satu kawasan industri ada IKM yang dapat menghasilkan bahan sesuai standar perusahaan atau dipadatkaryakan,"ucapnya.

Halaman:

Editor: Suhirlan Andriyanto


Tags

Terkini