El Nino di Depan Mata, Pakar Klimatologi IPB University Ingatkan Potensi Gagal Panen di Jawa

- 13 Maret 2023, 09:47 WIB
Prof Rizaldi Boer, Kepala Center for Climate Risk and Opportunity Management di Asia Tenggara dan Pasifik (CCROM-SEAP) IPB University sekaligus pakar klimatoligi.**
Prof Rizaldi Boer, Kepala Center for Climate Risk and Opportunity Management di Asia Tenggara dan Pasifik (CCROM-SEAP) IPB University sekaligus pakar klimatoligi.** /Humas IPB University

KORAN PR - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan kondisi iklim secara umum di wilayah pusat produksi padi di Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Sulawesi Selatan pada April 2023 berada di bawah normal dengan tinggi hujan masih di atas 100 mm.

Namun, pada bulan Mei, sebagian sudah di bawah normal dengan tinggi hujan di bawah 100 mm dan Juni sebagian besar akan di bawah normal, khususnya di Jawa dengan tinggi hujan di bawah 50 mm. Prakiraan ini memberikan implikasi pada panen padi nasional.

Prof Rizaldi Boer, Kepala Center for Climate Risk and Opportunity Management di Asia Tenggara dan Pasifik (CCROM-SEAP) IPB University menjelaskan, prakiraan hujan secara eksperimental bulan Januari hingga Maret dari BMKG dan CCROM IPB University relatif konsisten.

Pada bulan April, lanjutnya, secara umum hujan masih di atas 150 mm kecuali Bali dan NTB, sedangkan Mei dan Juni umumnya di bawah 100 mm. Perlu adanya pertimbangan modifikasi penanaman untuk komoditas dengan kebutuhan air yang banyak.

“Experimental forecast CCROM IPB University untuk bulan Juli menunjukkan hampir semua wilayah pusat produksi padi terjadi anomali hujan negatif, lebih rendah dari normal, kecuali di sebagian Kalimantan dan Sulawesi, terutama di Papua,” katanya dalam keterangan pers yang diterima Minggu 12 Maret 2023.

Prakiraan eksperimen cuaca pada bulan Juli oleh IPB University, memiliki skill dan tingkat akurasi yang baik di hampir sebagian besar wilayah, kecuali di Sumatera bagian tengah.

Menurutnya, prakiraan ENSO (El Niño and the Southern Oscillation) tahun 2023 menunjukkan kemungkinan terjadinya El Nino dengan model dinamik dengan peluang di atas 50 persen setelah bulan Juni. Baik model secara statistik dan dinamik menunjukkan Indonesia akan mengalami El Nino relatif tinggi dan setelah bulan Februari akan semakin signifikan.

“Di samping itu terdapat keeratan hubungan antara lautan pasifik terkait ENSO di Indonesia dengan kenaikan suhu permukaan laut di Samudera Pasifik yang juga berpengaruh terhadap curah hujan di Indonesia,” imbuhnya.

Prediksinya, ancaman banjir dan kekeringan pada musim tanam 2023 akan cukup tinggi, terutama di wilayah Jawa dan Sulawesi Selatan.

Halaman:

Editor: Kismi Dwi Astuti

Sumber: Rilis


Tags

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x