Raih Laba Rp 22 Triliun, Pengamat: Mind Id Makin Prospektif

19 Maret 2023, 14:41 WIB
Ilustrasi tambang.* /Freepik

KORAN PR - Holding BUMN industri pertambangan (Mind Id) yang beranggotakan PT Antam Tbk, PT Bukit Asam Tbk, PT Freeport Indonesia, PT Inalum (Persero), PT Vale Indonesia Tbk, dan PT Timah Tbk, mencatatkan kinerja progresif sepanjang tahun lalu. Capaian ini turut didukung oleh booming komoditas yang berlangsung pada 2022.

Pengamat Pertambangan sekaligus Peneliti di Alpha Research Database Ferdy Hasiman menuturkan bahwa kinerja holding pertambangan milik negara ini cukup baik dalam beberapa tahun terakhir.

"Dari segi kekompakan holding cukup bagus. Bahkan, dengan adanya holding BUMN tambang, kita bisa optimis. Kita harap tambang BUMN bisa diandalkan ke depan untuk meningkatkan pendapatan negara dan jadi pioner industri tambang Tanah Air," katanya, dalam keterangan, di Jakarta, Sabtu 18 Maret 2023.

Baca Juga: Kembangkan Ekosistem Kendaraan Listrik, Mind Id Reorganisasi PT Inalum

Dalam perkembangannya, komoditas tambang cukup diandalkan dalam upaya peralihan menuju energi bersih. Nikel, misalnya, diperlukan sebagai salah satu bahan baku baterai. Termasuk batu bara untuk menghasilkan Dimethyl Ether (DME) sebagai pengganti LPG.

"Mind Id harus bersiap menjalankan program transisi energi yang sudah diwanti-wanti Presiden Jokowi. Karena perusahaan anggota holding dapat menguasai pangsa pasar transisi energi. Pun secara kinerja, mereka sudah on the track," tuturnya.

Disamping itu, Ferdy optimistis holding tambang yang dinahkodai Hendi Prio Santoso ini dapat menjaga kinerja yang diperoleh tahun lalu, kendati era booming komoditas seperti 2022 sudah berakhir. Kondisi ini dapat dicapai oleh kinerja apik para anggota Mind Id.

Baca Juga: Investasi di Industri Logam Meningkat, Pemerintah Dorong Proses Hilirisasi

Adapun, Mind Id mencatatkan pendapatan di atas Rp 120 triliun sepanjang 2022 kemarin. Angka tersebut mengalami kenaikan dibandingkan pendapatan tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp 93,75 triliun.

Peningkatan pendapatan tersebut membuat laba bersih perusahaan pada tahun 2022 tembus hingga Rp 22 triliun. Hal itu melonjak dibandingkan tahun 2021 yang hanya Rp 14,33 triliun.

"Presiden Joko Widodo dan Menteri BUMN Erick Thohir telah menugaskan kita untuk membuat roadmap hilirisasi termasuk roadmap EV industri. Sehingga kita lakukan refocusing capex kita untuk diarahkan ke sektor itu. Kita punya bottom line pencapaian Mind Id Rp 22 triliun tahun kemarin," kata Corporate Secretary Mind Id Heri Yusuf.

Baca Juga: KLHK Gelar Pameran Kehutanan Terbesar ke 13, Indonesia Green Forestry Environment Expo 2023 di Yogyakarta

Di 2023, perseroan menargetkan laba bersih bisa tembus Rp 30 triliun. Melonjak signifikan dibandingkan capaian pada tahun 2022. "Tahun ini bottom line Insya Allah Rp 30 triliun. Tiga tahun ke depan Insya Allah kami bisa masuk global funded fortune. Jadi kita punya rasio sangat likuid untuk ekspansi di bidang EV," kata Heri.

Peta jalan industri baterai

Seperti diketahui, Mind Id telah menyusun peta jalan pengembangan industri baterai kendaraan listrik di dalam negeri. Adapun peta jalan pengembangan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) dimulai dari tahun 2022-2023.

Dimana pada periode tersebut perusahaan bakal mematangkan pembentukan perusahaan patungan atau joint venture dengan dua perusahaan baterai dunia, yakni Contemporary Amperex Technology Co Limited (CATL) asal China dan LG Energy Solution (LGES) asal Korea Selatan.

Kemudian dilanjutkan pada periode 2023-2024 pihaknya melalui IBC bakal memulai produksi baterai pertamanya untuk kendaraan roda dua. Oleh sebab itu, IBC melakukan aksi korporasi dengan mengakuisisi Gesits.

Baca Juga: Perusahaan Tambang Didorong Lakukan Transisi Energi untuk Kurangi Emisi Karbon

"Maka 2023 sampai 2024 kita ambil kendaraan roda dua ambil lesson nya makanya kita beli Gesits. Gesits sebagai bagian dari strategi anorganiknya dari IBC untuk akuisisi supaya kita menguasai dulu manufaktur nya," katanya.

Dia pun optimistis pasar Gesits mempunyai value added atau nilai tambah dibandingkan dengan pabrikan otomotif lainnya. Terutama untuk pengembangan kendaraan listrik roda dua.

"Lalu sampai 2025 kita buat baterai cell, ada Electric Vehicle (EV) infrastruktur sudah settle. Nah, 2025 nikel sudah ada HPAL (pabrik peleburan nikel berteknologi High-Pressure Acid Leach) untuk menghasilkan bahan baterai kendaraan listrik udah kuasai baru 2026 kita punya model kendaraan yang bisa lakukan penetrasi pasar di dalam negeri maupun ekspor baik itu roda dua dan roda empat," pungkasnya.***

Editor: Kismi Dwi Astuti

Sumber: Rilis

Tags

Terkini

Terpopuler