Akad Nikah Gratis, Sejumlah Pasangan Difabel Semringah

- 16 Maret 2023, 16:30 WIB
PASANGAN difabel mengucapkan ijab kabul di hadapan penghulu dan saksi di Gedung Teater Terbuka Taman Budaya Jawa Barat, Jalan Bukit Dago, Kota Bandung, Kamis, 16 Maret 2023. Sejumlah pasangan difabel melaksanakan akad nikah secara gratis yang diselenggarakan Mimbar Hiburan dan Amal Bagi Dhuafa.*
PASANGAN difabel mengucapkan ijab kabul di hadapan penghulu dan saksi di Gedung Teater Terbuka Taman Budaya Jawa Barat, Jalan Bukit Dago, Kota Bandung, Kamis, 16 Maret 2023. Sejumlah pasangan difabel melaksanakan akad nikah secara gratis yang diselenggarakan Mimbar Hiburan dan Amal Bagi Dhuafa.* /SATIRA YUDATAMA/KONTRIBUTOR "PR"
KORAN PR - Sebanyak lima pasangan difabel semringah setelah melaksanakan akad nikah gratis. Kegembiraan mereka makin menyembul sesaat setelah panitia Mimbar Hiburan dan Amal Bagi Dhuafa (MHABD) mengumumkan perihal kado tambahan berupa paket bulan madu, menginap di salah satu hotel di Kota Bandung.

Salah seorang mempelai perempuan, Siti Julaeha mengungkapkan syukur kepada Allah swt, dan terima kasih kepada jajaran panitia beserta para donatur.
 
"Alhamdulillah, betul-betul bahagia, tak bisa membayangkan hal (kebahagian) lebih dari ini. Terima kasih kepada jajaran panitia maupun para donatur. Semoga, amal dari jajaran panitia beserta infak dari para donatur dibalas berlipat-lipat oleh Allah swt," ucap Siti sembari terisak-isak pada acara Munggahan Bersama 1.000 Dhuafa yang diselenggarakan MHABD di Gedung Teater Terbuka, Taman Budaya Jawa Barat, Jalan Bukit Dago, Kota Bandung, Kamis, 16 Maret 2023.

Siti bersama Kudrat--suaminya--merupakan warga Desa Panyocokan, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Dia memaparkan, beroleh informasi perihal penyelenggaraan akad nikah gratis itu dari keponakannya. "Keponakan menerima kabar dari aparatur Desa Panyocokan, kemudian meneruskan ke saya," kata dia.

Harapannya, kegiatan amal MHABD terus berlanjut. Menurut dia, masih banyak sesama warga kurang mampu secara ekonomi yang membutuhkan bantuan, termasuk akad nikah gratis.

Adapun pasangan lain yang melaksanakan akad nikah gratis pada kegiatan amal tersebut, yakni Dewi Suparti dan Ujang Yayat asal Sumedang, Rismayanti dan Iwan (Kabupaten Bandung), Kanah Ana dan Gungun Gunawan (Sumedang dan Indramayu), Siti dan Rodi Nuryadin (Subang dan Majalengka). Selain akad nikah gratis, MHABD melaksanakan khitanan gratisserta sejumlah kegiatan amal lainnya. Sejumlah pasangan itu terdisi atas difabel tunawicara, tunanetra, dan tunadaksa.

Koodinator Panitia Tetap MHABD, Adjie Esa Poetra menyampaikan, penyelenggaraan kegiatan tanpa menggunakan anggaran pemerintah. Pemberian bagi para duafa bersumber dari swadaya beserta derma para donatur.

"Kegiatan itu amal dari lintas agama maupun etnik untuk persaudaraan dan kemanusiaan. Saat ini, edisi kegiatan ke-34. Kami senantiasa menjaga kepercayaan para donatur dengan kekompokan panitia, juga tranparansi," katanya.

Guru vokal ternama itu menceritakan hal yang melatarbelakangi pembentukan MHABD berikut kegiatan rutinnya. Pada 1990, bermunculan show amal. Banyak di antara muridnya menjadi pengisi show amal.

Namun, murid-muridnya tersebut terkena tipu. "Panitia menerapkan sistem tiket. Jangankan memberi hal penjualan tiket ke artis pengisi show amal, pengganti uang transportasi pun nihil. Berawal dari hal itu, artis-artis dan murid-murid mengemukakan gagasan untuk mengadakan kegiatan amal mandiri. Mereka ingin, saya menjadi koordinator panitia," tutur Adjie.

Semula, kegiatan amal dilaksanakan satu kali saja. Setelah penyelenggaraan edisi pertama berlangsung sukses dengan donatur melimpah, banyak pihak yang ingin kegiatan itu terus berlanjut. "Kegiatan itu termasuk peristiwa kebudayaan, mengingat memuat sesi sarat seni dan budaya. Karena itu, kami perlu melestarikan. Saat ini, MHABD sudah menjadi yayasan," kata dia.

Sejumlah penyanyi, seperti Acil Bimbo, Rika Rafika, Nenden Sintawati meramaikan edisi ke-34 kegiatan tersebut. "Mereka tampil tanpa bayaran, lokasi (Gedung Teater Terbuka Taman Budaya) pun gratis," ucap Adjie.

Menurut Adjie, lokasi pelaksanaan kurang memadai bagi difabel, mengingat berupa tribune yang perlu turun dan naik tangga. Pihaknya mengaku, sempat mengajukan izin penyelenggaraan acara di Pendopo Kota Bandung, dan Padepokan Seni Mayang Sunda.

"Namun, kami tak beroleh izin. Semoga, Wali Kota Bandung periode nanti lebih menaruh perhatian pada peristiwa kebudayaan," ucap Adjie.***
 
 

Editor: Eri Mulyani


Tags

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x