Kemarau Mulai Maret , Waspadai Angin Kencang & Puting Beliung

- 14 Maret 2023, 22:38 WIB

KORAN PR - Meski mayoritas musim kemarau di Jawa Barat dimulai Mei 2023, bulan Maret ini sebagian zona musim (ZOM) di Jabar memasuki musim kemarau.
Menghadapi musim kemarau tahun ini, masyarakat diminta mewaspadai peningkatan frekuensi kejadian, seperti hujan lebat, angin kencang, puting beliung, dan potensi hujan es.

Dilansir dari keterangan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Jabar, Selasa, 14 Maret 2023, kondisi dan prediksi dinamika atmosfer laut, hing­ga ak­hir Februari 2023, La Nina masih berlangsung. Namun, dengan indeks yang men­dekati ambang batas nor­mal yaitu -0,51. Sementara Sa­mu­dra Hindia menunjukkan kondisi IOD (Indian Ocean Dipole) netral.

Fenomena La Nina di­pre­diksi akan segera menuju netral pada periode Maret dan terus bertahan hing­ga semester pertama 2023. Pada semester kedua, terdapat pe­luang sebesar 50-60 kali bahwa kondisi netral akan beralih menuju fase El Nino. Sementara itu, kondisi IOD diprediksi akan tetap netral hingga akhir tahun 2023.

Awal musim kemarau 2023 diprediksi mulai Maret, April, Mei, Juni, dan Juli. Sementara puncak mu­sim kemarau 2023 di­perkirakan pada Juli, Agustus, dan September.

Prakirawan BMKG Bandung, Iid Mujtahiddin me­nu­turkan, adanya perbedaan awal musim kemarau di Ja­bar dikarenakan setiap wi­layah yang diklasifikasikan dengan pembagian ZOM mempunyai normal atau karakteristik dengan kriteria musim, baik itu kriteria mu­sim hujan maupun kemarau.

Waspada

Menghadapi musim kemarau tahun ini, katanya, BMKG merekomendasikan beberapa poin. Pertama, pada periode Maret-Mei 2023, perlu diwaspadai pe­ning­kat­an frekuensi kejadian, seperti hujan lebat, angin kencang, puting beliung, dan potensi hujan es.

Dalam menghadapi mu­sim kemarau 2023, lanjutnya, BMKG mengimbau pemerintah daerah, institusi ter­kait, dan seluruh ma­sya­rakat untuk lebih siap dan antisipatif terhadap kemung­kinan dampak musim kemarau, terutama di wilayah yang mengalami sifat musim kemarau bawah normal (le­bih kering dibandingkan bia­sanya). Wilayah tersebut di­prediksi mengalami pening­katan risiko bencana keke­ring­an meteorologis, keba­karan hutan dan lahan, serta kekurangan air bersih.

BMKG juga mengimbau pemerintah daerah dapat le­bih optimal melakukan pe­nyimpanan air pada akhir mu­sim hujan ini untuk me­menuhi danau, waduk, embung, kolam retensi, dan pe­nyimpanan air buatan lainnya di masyarakat melalui gerakan memanen air hujan.

Menanggapi prediksi mu­sim kemarau maupun tindak lanjutnya, Koordinator Pusat Pengendalian Operasi Pe­nang­gulangan Bencana (Pusdalops PB) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat, Hadi Rah­mat menuturkan, pihak­nya tentu tetap mendiseminasikan peringatan dini cuaca ekstrem ke kabupaten kota. ”Terutama informasi yang sampai dengan bulan Mei di­perkirakan masih mungkin terjadi musim kemarau sera­ya memberikan pula du­kung­­an logistik penanggulangan bencana untuk kabupaten kota di Jabar,” ucapnya. 

Tak hanya itu, untuk mengantisipasi musim kemarau mendiseminasikan potensi kekeringan ke kabupaten/kota seraya mengimbau untuk melakukan pemetaan daerah-daerah yang berpotensi mengalami kebakaran lahan ataupun kekeringan.

Sementara itu, Kepala Dinas Sumber Daya Air Jabar, Dikky Ahmad Sidik mengatakan, terkait imbauan BMKG soal cadangan air, pihaknya tengah mengkajinya. Namun soal hal tersebut, pihaknya sudah sejak dua bulan ke belakang mendorong gerakan menampung air.***

Editor: Eri Mulyani


Tags

Terkini