KORAN PR - Virus flu burung atau H5N1 kembali merebak di Jawa Barat. Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr Hasan Sadikin atau RSHS Bandung pun telah menyiapkan antisipasi penanganan kasus penularan H5N1 pada manusia.
Ruangan khusus infeksi telah disiapkan. Begitu pula dengan tata laksana penanganan kasus telah disimulasikan. Meski demikian, hingga saat ini belum ada kasus penularan flu burung pada manusia yang ditangani oleh RSHS.
Ketua Tim Pinere, dr Yovita Hartantri menuturkan, untuk mengantisipasi adanya kasus penularan flu burung pada manusia, pihaknya pada 27 Februari sudah mendapatkan informasi mengenai sosialisasi kesiapsiagaan munculnya infeksi Avian Influenza (AI). Hal itu tentunya bukan hal baru karena selama ini RSHS sudah memiliki tim yang menangani infeksi khusus yang mempunyai tendensi untuk menimbulkan wabah atau kejadian luar biasa.
”Kami memiliki tim dengan atas koordinasi direktur medis dan direktur utama,” kata dia dalam jumpa pers di RSHS, Rabu, 8 Maret 2023.
Selain itu, RSHS telah memiliki ruangan untuk menangani kasus-kasus infeksi khusus yaitu ruangan bertekanan negatif yakni ruangan isolasi infeksi khusus di Kemuning. Ruangan yang juga sudah difasilitasi oleh adanya alat bantu napas ventilator.
”Kami siapkan ruangan tekanan negatif yang khusus digunakan untuk pasien-pasien dengan penularan secara airborne disease. Mengenai alur, kita juga sudah memiliki pengalaman 2007, sudah menerima kasus H5N1 dan kemudian pandemi Covid-19,” tuturnya.
Dikatakannya, RSHS sudah memiliki alur pasien-pasien yang terdiagnosa lewat IGD dan juga bisa lewat poliklinik, kemudian ke ruangan isolasi khusus, lalu pasien akan dipindahkan ke ruang rawat melalui jalur luar. ”Karena kita tahu, penyakit ini sangat infeksius. Jadi harus dilakukan penanganan secara khusus,” ucapnya.
Selain itu untuk pengambilan sampel, pihaknya dibantu laboratorium dengan mikro patologi klinik litbangkes Kementerian Kesehatan.
Kematian tinggi
Lebih jauh, Yovita mengatakan, AI adalah suatu infeksi influenza pada unggas atau zoonosis yang sebenarnya sudah ada sejak lama. ”Kalau kita lihat laporan dari WHO, itu sejak 2003 sampai dengan 2023 sekitar 800 kasus dan yang meninggal tinggi sekitar 450. Dan kalau kita melihat data di Indonesia dari WHO, dari tahun 2003 sampai 2023 yaitu sekitar 200 kasus H5N1 dengan yang meninggal sekitar 160. Jadi memang kematiannya cukup tinggi, lebih dari setengah bahkan hampir 75 persen,” ucapnya.
Kemudian kata Yovita, pada 22 Februari lalu, di Kamboja muncul kasus anak berumur 11 tahun meninggal dan terdeteksi mengidap H5N1 beserta ayahnya. ”Jadi ada dua kasus dan sebenarnya juga di Indonesia kita mungkin mendengar di di beberapa waktu lalu dari Dinas Peternakan menyampaikan adanya kasus tapi pada unggas itu di Kalimantan Selatan, lalu juga ditemukan pada peternakan ayam. Kalau tidak salah, ada juga di Sulawesi Selatan dan Barat,” ujarnya.
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Medik, Keperawatan Penunjang, Dr Zulvayanti menambahkan, untuk flu burung ini bukan hal baru bagi RSHS. Pihaknya sudah memiliki prosedur dan sudah memiliki pengalaman menghadapi pasien flu burung.
Pihaknya mempunyai tim dan sarana prasarana. Ada ruang isolasi infeksi khusus yang tempatnya sudah didesain sedemikian rupa dan itu diperuntukkan untuk kasus-kasus infeksi khusus.
”Ruangan ini juga pada saat pandemi Covid digunakan dan sekarang kan Alhamdulillah sudah sangat turun. Jadi ruangan ini difungsikan kembali untuk tadi, sesuai fungsi semula sebagai ruang perawatan isolasi di ruang isolasi infeksi usus Kemuning,” pungkasnya.***