Dinkes Kota Bandung Memasifkan Skirining DM, Termasuk pada Remaja

- 28 Februari 2023, 08:07 WIB
WALI Kota Bandung, Yana Mulyana saat acara sosialisasi edukasi masyarakat mengenai kewaspadaan hepatitis akut misterius dan diabetes mellitus, serta pemeriksaan kesehatan gratis di Taman Saparua, Bandung, Minggu, 12 Juni 2022.
WALI Kota Bandung, Yana Mulyana saat acara sosialisasi edukasi masyarakat mengenai kewaspadaan hepatitis akut misterius dan diabetes mellitus, serta pemeriksaan kesehatan gratis di Taman Saparua, Bandung, Minggu, 12 Juni 2022. /DOK HUMAS KOTA BANDUNG

KORAN PR - Angka kasus diabetes melitus (DM) kelompok remaja di Kota Bandung pada 2022 meningkat daripada 2021. Jajaran Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung terus berupaya mendeteksi kasus DM pada remaja sedari dini, di antaranya dengan sosialisasi dan skrining gratis.

Dinkes Kota Bandung mencatat 9 kasus DM tipe 1, dan 44 DM tipe 2 pada remaja berusia di bawah 15 tahun. Untuk kelompok remaja berusia 15-19 tahun, tercatat 24 kasus DM tipe 1, dan 57 DM tipe 2. Sementara itu, pada 2021, tercatat 9 kasus DM tipe 1 pada remaja berusia di bawah 15 tahun. Untuk kelompok remaja berusia 15-19 tahun, tercatat 2 kasus DM tipe 1, dan 9 DM tipe 2.

Pada Januari 2023, tercatat 1 kasus baru DM tipe 1 pada remaja berusia di bawah 15 tahun. Untuk kelompok remaja berusia 15-19 tahun, tercatat 1 kasus DM tipe 1, dan 3 DM tipe 2.

Subkoordinator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa pada Dinkes Kota Bandung, Intan Annisa menyampaikan, setiap penduduk berhak atas skrining gratis sekali dalam satu tahun. Perihal itu, pihaknya turut melaksanakan strategi jemput bola ke tiap-tiap sekolah.

"Kami terus menyosialisasikan program skrining gratis. Pelajar beroleh pelayanan skiring gratis di sekolah, satu kali dalam satu tahun. Untuk pelaksanannya bergiliran," ucap Intan, di Bandung, Senin, 27 Februari 2023. 

Intan mengaku, pelaksanaan skrining gratis di sekolah-sekolah lebih masif sejak 2023. Skirining itu terintegrasi dengan yang lain, seperti mata, dan jiwa.

Mendatangi sekolah-sekolah, menurut dia, merupakan upaya konkret terbaik. Seumpama hanya layanan di puskesmas, pelaksanan skirining kurang efektif, mengingat waktunya yang hampir bersamaan dengan jam sekolah.

"Kami mendatangi ke SMP, SMA, bahkan perguruan tinggi. Lantaran gejala DM tak tampak, jemput bola menjadi kunci penanggulangan. Kami (tenaga kesehatan) melakukan pencegahan dan pelacakan melalui skrining yang masif," tutur Intan.

Berbarengan dengan upaya skrining, pihaknya terus melaksanakan sosialisasi dan edukasi. Perihal itu, pihaknya mengajak kader kesehatan remaja.

Menurut Intan, remaja dapat lebih memahami penyampaian atau imbauan dari rekan seusianya. "Lantaran demikian, kami mengajak para kader kesehatan remaja," ucap dia.

Dalam upaya menekan angka DM, pihaknya memerlukan keikutsertaan unsur pentahelix. Salah satu di antaranya, edukasi dari pemilik maupun pengelola restoran.

Pihaknya berharap, pemilik maupun pengelola restoran turut mencantumkan informasi berikut edukasi atas kandungan, seperti kalori, gula dalam daftar menu makanan. Paling tidak, pengunjung restoran bisa mengetahui kandungan atas makanan tersebut.***
 
 
 

Editor: Eri Mulyani Mubarok


Tags

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x