KORAN PR - Adanya kejadian luar biasa (KLB) difteri di Garut menjadi peringatan pentingnya memberikan imunisasi lengkap pada anak-anak. Pasalnya, rendahnya cakupan imunisasi dasar pada anak di beberapa wilayah di Garut menjadi pemicu munculnya kasus difteri.
Berdasarkan keterangan Sekretaris Dinas Kesehatan Garut, sebanyak tujuh orang warga Garut dinyatakan meninggal karena difteri. Enam di antaranya anak-anak dan sisanya berusia 19 tahun pada Februari 2023 ini.
Kepala Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, dr Ryan Bayusantika Ristandi menuturkan, pemicu kasus difteri di Jabar, spesifik di Desa Sangkanhurip, Garut, sangat berhubungan dengan ststus imunisasi. Di desa tersebut cakupan imunisasinya rendah di tiga tahun terakhir.
”Jika melihat cakupan se-Jabar, imunisasi dasar lengkap (IDL) telah mencapai target pada 2022 yaitu 101 persen. Namun jika dilihat per kabupaten/kota, tidak semua mencapai target, seperti Kota Cirebon. Padahal, imunisasi cakupannya harus tinggi dan merata,” ucapnya kepada ”PR” di Bandung, Kamis , 23 Februari 2023.
Untuk diketahui, lanjut Ryan, pada 2022 terdapat 142 kasus suspek difteri, dengan 15 angka kematian. Dari 142 kasus, 32 kasus di antaranya terkonfimasi positif ada di sebelas kabupaten/kota yaitu Kota Bekasi, Kota Depok, Kabupaten Garut, Kabupaten Bogor, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Karawang, Kabupaten Cianjur, Bogor, Kabupaten Tasikmalaya, Kota Bandung, Kabupaten Majalengka, Kota Sukabumi, Kota Cirebon, Kota Cimahi, Kota Tasikmalaya, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Purwakarta, dan Kabupaten Bandung Barat.
”Tahun 2023 Januari kemarin, ada sebelas kasus suspek difteri dari Cianjur, Kabupaten Tasikmalaya, Indramayu, Karawang , Kabupaten Bandung Barat, Kota Bogor, dan Kota Sukabumi,” tuturnya.
Sementara pada Februari, muncul kasus di Garut. Ada 11 kasus difteri, dengan 7 kasus positif dan 4 suspek difteri. Dengan demikian, Pemerintah Kabupaten Garut menyatakan, kasus difteri tersebut KLB. Ketika ditemukan satu kasus positif difteri di suatu wilayah maka pemerintah setempat menerapkan KLB dan melakukan sejumlah upaya agar kasus tidak merebak dan tertangani.
”Adapun langkah yang harus kami tempuh yaitu meningkatkan cakupan imunisasi di Jabar dan harus tinggi dan merata. Kemudian, melakukan outbreak respons imunisasi (ORI) jika terjadi KLB,” tuturnya.