Mengingat Tragedi Longsor Sampah, Warga Adat Cireundeu Tabur Bunga Hingga Panjatkan Doa Di Tebing Bukit Sampah

- 21 Februari 2023, 13:28 WIB
Masyarakat Kampung Adat Cireundeu menggelar tabur bunga pada Peringatan 18 tahun tragedi longsor sampah TPA Leuwigajah di Kel. Leuwigajah Kec. Cimahi Selatan Kota Cimahi, Selasa 21 Februari 2023
Masyarakat Kampung Adat Cireundeu menggelar tabur bunga pada Peringatan 18 tahun tragedi longsor sampah TPA Leuwigajah di Kel. Leuwigajah Kec. Cimahi Selatan Kota Cimahi, Selasa 21 Februari 2023 /Ririn Nur Febriani/

KORAN - PR Masyarakat Kampung Adat Cireundeu menggelar tabur bunga pada Peringatan 18 tahun tragedi longsor sampah TPA Leuwigajah di Kel. Leuwigajah Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi, Selasa 21 Februari 2023. Peringatan tragedi longsor sampah itu menjadi momentum agar semua pihak tidak abai terhadap pengelolaan sampah agar tak merugikan.

Kegiatan diawali dengan pembukaan soal sejarah tragedi longsor sampah yang menewaskan ratusan jiwa di Kp. Cilimus dan Kp. Pojok perbatasan Kota Cimahi-Kab. Bandung Barat (dulu Kab. Bandung). Lalu, dilakukan pembacaan rajah atau doa, wejangan pengingat dari sesepuh Kampung Adat Cireundeu, sambutan para tetamu, hingga ditutup tabur bunga dan doa bersama sesepuh di area bukit sisa longsoran sampah di Gunung Kunci.

Ais Pangampih Kampung Adat Cireundeu Abah Widi mengatakan, rangkaian peringatan tragedi longsor sampah di lahan bekas TPA Leuwigajah diawali dengan pengambilan air dari seke atau mata air di Gunung Pasir Panji. "Kita mulai kemarin dengan mengambil air di seke atau mata air yang selama belasan tahun ikut tertutup saat longsor sampah berlangsung. Alam mulai mengurai, lama kelamaan mata air muncul kembali dan airnya kita gunakan untuk prosesi tabur bunga," ujarnya.

Prosesi peringatan berlangsung sederhana namun sarat makna dan tetap khidmat."Terutama mengingat banyak manusia yang hilang nyawanya akibat tragedi itu. Belum lagi makhluk Yang Maha Kuasa lain yang tidak terhitung jumlahnya. Lewat proses juga menyampaikan pesan moral ke semua pihak termasuk pemerintah soal pengelolaan sampah jangan sampai salah lagi," ungkapnya.

Menurut Widi, tragedi longsor sampah harusnya dapat memicu kepedulian pemerintah terhadap tata kelola sampah. "Mestinya bukan setelah 18 tahun berlalu, tapi sejak kejadian sudah harus membuat pemerintah peduli soal pengelolaan sampah yang baik dan tidak lagi merugikan. Setelah belasan tahun ini, ya persoalan sampah masih begitu saja, kami bukannya melawan pemerintah tapi melawan konsep atau pengelolaan sampah yang tidak benar agar peristiwa ini tidak terulang lagi," jelasnya.

Lahan eks-TPA Leuwigajah saat ini sudah rimbun oleh rerumputan dan pepohonan. Warga tak merasa trauma mendekati lahan yang berada di sisi tebing tepat di depan Gunung Gajah Langu.

"Setiap 21 Februari, kita menggelar peringatan tragedi longsor sampah tanpa campur tangan pemerintah. Mestinya datang dengan sendirinya tanpa harus diundang. Lewat peringatan ini, kami hanya ingin memunculkan pesan moral agar jangan lagi soal angkut buang tutup sampah, masyarakat pasti tidak mau ada kejadian lagi makanya harus dikelola dengan baik," ucap Abah Widi.

Menurut Widi, pemerintah berjanji TPA Cireundeu dikelola dengan konsep ramah lingkungan. "Dulu ada perjanjian, istilahnya 'kucing berak'. Dimana kalau kucing berak lalu kotoran ditimbun pasir atau tanah. Yang terjadi malah anjing berak, setelah buang lari tanpa bertanggungjawab. Apa yang terjadi di Cireundeu jauh dari perjanjian," kata Abah Widi.

Hari Peduli Sampah Nasional ditetapkan karena tragedi longsor sampah di TPA Leuwigajah.
"HPSN karena kejadian nahas di kampung kami. Dari situ harusnya semua sadar dan tergerak bahwa sampah tanggung jawab semua pihak dalam pengelolaan jangan sampai terjadi tragedi lagi," tuturnya.***

Editor: Mochammad Iqbal Maulud


Tags

Terkini