BANDUNG,(PR).-
Meski tingkat investasi di Jawa Barat tinggi tetapi hal itu tidak serta merta menurunkan dengan cepat angka pengangguran di Jawa Barat. Pasalnya, selain jumlah angkatan kerja di Jabar tinggi, investasi yang ditanamkan di Jabar juga kebanyakan berupa padat modal yang mengedapankan tenaga mesin.
”Misalnya, setiap invetasi Rp1 triliun akan membuka seribu peluang tenaga kerja, tapi saat ini hanya seratus orang, karena dengan sistem otomatisasi. Jadi hanya butuh operator sehingga penurunannya (pengangguran) sedikit,” ujar Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jawa Barat, Rachmat Taufik Garsadi, di sela Rapat Kordinasi Forum Perangkat Daerah Bidang Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian Provinsi Jabar Tahun 2023 di Ibis Ballroom, Kota Bandung, Selasa (14/2/2023).
Taufik menyebutkan, jumlah angkatan kerja di Jabar ternyata 40 persennya bukan warga Jabar. ”Saya ambil kasus ya ketika job fair di Kabupaten Bekasi, di mana angka pengangguran yang sangat tinggi, ternyata 60 persennya bukan warga Bekasi. Jadi di Jabar banyak lapangan pekerjaan atau investasi yang masuk ke Jawa Barat tetapi peminat banyak,” ucapnya.
Diakui Taufik, Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah angkatan kerja terbanyak secara nasional. Namun, daya saing angkatan kerjanya masih rendah jika dibandingkan tingkat nasional, bahkan dengan provinsi lain. Hal ini merupakan tantangan besar dan mendasar bagi Provinsi Jabar. Melalui Peraturan Presiden Nomor 68 tahun 2022, diharapkan akselerasi peningkatan kualitas dan produktivitas angkatan kerja di Jabar dapat bersaing dengan provinsi lain.
Selain itu, dengan optimasi aksesibilitas ketenagakerjaan, angka pengangguran di Jawa Barat dapat ditekan sehingga taraf hidup dan kualitas hidup masyarakat dapat meningkat.
Sementara itu, Sekretaris Daerah Jabar, Setiawan Wangsaatmaja mengatakan, dunia kerja saat ini harus dekat dengan perkembangan teknologi, terutama teknologi digital dan teknologi informasi jika tidak ingin tertinggal.
Diakuinya, Jawa Barat menghadapi tantangan ketenagakerjaan yang sangat dipengaruhi oleh kondisi global saat ini. Di antaranya, tantangan kualitas penduduk usia kerja. Kualitas tenaga kerja di Jabar masih rendah. Sementara itu, penduduk usia kerja di Jabar pada 2021 sebesar 37 persen atau berjumlah 8,24 juta jiwa. Oleh karena itu, keterampilan dan model pembelajaran serta kualitas SDM-nya harus ditingkatkan agar dapat berdaya saing. Tantangan lainnya, resesi ekonomi global serta masih berlangsungnya konflik Rusia-Ukraina.***