Identifikasi ABK Jadi Tantangan Sekolah Umum, Tak Semua Sekolah di Bandung Siap

- 7 Maret 2023, 06:39 WIB
Ilustrasi sekolah inklusi.
Ilustrasi sekolah inklusi. /Antara/Irwansyah Putra/ANTARA FOTO

KORAN PR - Layanan pendidikan inklusif menjadi paradigma baru yang menuntut sekolah menyesuaikan pengajaran dengan kondisi dan kebutuhan siswa berkebutuhan khusus (ABK). Namun, bagi sekolah umum, tantangan dimulai dari mengidentifikasi atau menemukan ABK yang terdapat di sekolah mereka.

Pendiri Rumah Guru Bimbingan Konseling (BK) Ana Susanti mengatakan, proses mengidentifikasi ABK menjadi sebuah cara untuk mengetahui kondisi kelainan atau penyimpangan seorang anak seperti kelainan fisik, intelektual, sosial, emosional dan sensoris neurologis.

Proses identifikasi bisa dimulai dari mengenali secara sederhana perbedaan tumbuh kembang ABK dengan anak yang seusianya, misalnya balita yang belum bisa merangkak, kontrol emosi yang buruk sering tantrum serta hambatan dalam mengenali huruf, benda dan angka.

Setelah ABK dikenali melalui cara sederhana, pihak sekolah bisa melanjutkan penilaian dengan menggandeng tenaga profesional seperti dokter, psikolog, neurolog, orthopedagog, terapis dan lainnya. Salah satu asesmen yang dapat diterapkan adalah asesmen yang menggali potensi ABK.

“Dari hasil menemukenali ABK, kita dapat mendapat informasi penting yang sangat dibutuhkan untuk mengenali potensi masing-masing ABK. Kemudian, kita dapat menentukan metode pengajaran yang tepat," ucap Ana, Senin 6 Maret 2023.

Sekolah harus memberikan kesempatan yang setara walaupun dengan cara yang berbeda kepada ABK, misalnya harus ada penjelasan dalam bahasa isyarat agar tuli dapat memahami materi yang disampaikan di sekolah. Guru dapat menjadi pelopor untuk menginisiasi pembentukan Unit Layanan Disabilitas di sekolah.

Tidak hanya guru, Ana juga berharap orangtua bisa berdaya untuk mengidentifikasi bahwa anaknya ABK. Tidak perlu malu terhadap ABK karena sejatinya setiap anak istimewa.

Tantangan yang kerap dihadapi oleh ABK dan keluarganya adalah sering terjadi pandangan yang keliru tentang ABK dan mitos-mitos yang melingkupi ABK. Hal ini terjadi karena kurangnya literasi dan kesadaran masyarakat mengenai disabilitas.

Kondisi ini diperburuk dengan perlakuan diskriminasi terhadap ABK dengan tidak menyediakan kesempatan yang layak dan perlakuan adil.

Halaman:

Editor: Kismi Dwi Astuti


Tags

Terkini

x