Retno Listyarti : Bullying dan Kekerasan Seksual Masih Saja Terjadi di Satuan Pendidikan

- 6 Maret 2023, 20:17 WIB
Ilustrasi perundungan atau bullying.
Ilustrasi perundungan atau bullying. /Pikiran Rakyat/Hafizha Azka/

KORAN PR - Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) menyoroti maraknya perundungan atau bullying dan kekerasan seksual di satuan pendidikan. Pada Januari-Februari 2023, FSGI mencatat ada enam kasus tindak kekerasan berupa perundungan atau kekerasan fisik dan bully yang terjadi di satuan pendidikan.

Sedangkan kasus kekerasan seksual di satuan pendidikan selama Januari- Februari, FSGI mencatat ada 14 kasus yang semuanya sedang berproses di kepolisian.

Ketua Dewan Pakar FSGI, Retno Listyarti mengatakan, kasus perundungan atau bullying pada Januari-Februari 2023 terjadi di jenjang pendidikan SD ada satu kasus, Madrasah Tsanwiyah (MTs) tercatat satu kasus, Pondok Pesantren ada satu kasus, dan terbanyak terjadi di jenjang SMK sebanyak tiga kasus.

Adapun kasusnya, yaitu santri (13) yang dibakar seniornya di Kabupaten Pasuruan. Kemudian Kepala Madrasah di Gresik menampar 15 anak karena jajan di luar kantin sekolah. Lalu, siswa membawa parang ke sekolah di Samarinda karena marah kepada guru olahraganya.

Kemudian, guru di Garut menampar siswa yang kedapatan merokok dan menyuruh anak lain di kelas tersebut menghukum siswa perokok tersebut, dan terakhir di Kabupaten Banyuwangi, ada siswa SD (11 th) bunuh diri diduga karena diejek tidak memiliki ayah.

Retno mengatakan, FSGI menyampaikan duka mendalam pada keluarga korban MR (11 tahun) di Banyuwangi, yang diduga mengalami perundungan dari teman-teman di sekolah dan ditempat mengaji, karena tak mendapatkan pertolongan MR kemudian memutuskan bunuh diri.

Menurutnya, anak korban dirundung karena tidak punya ayah (yatim). Sang ayah diketahui meninggal setahun yang lalu. Retno mengatakan, kehilangan ayah merupakan tekanan psikologi berat bagi anak. Ketika masalah psikologi kehilangan ini belum pulih, anak korban justru dibully lantaran kehilangan ayahnya.

“Seharusnya para guru membangun empati dan simpati pada peserta didik terhadap sesama peserta didik lain yang sedang berduka karena kehilangan ayahnya, bukan malah dibully,” katanya, Senin 6 Maret 2023.

Retno menambahkan, kekerasan seharusnya tidak boleh dilakukan di pendidikan. Bahkan dengan dalih mendisplinkan sekalipun.

Halaman:

Editor: Kismi Dwi Astuti


Tags

Terkini

x