Tidak Sekadar Keahlian Teknis, Mahasiswa Juga Harus Peduli Lingkungan Hidup

- 23 Februari 2023, 14:16 WIB
DEKAN BINUS University School of Engineering, Fergyanto E. Gunawan. *
DEKAN BINUS University School of Engineering, Fergyanto E. Gunawan. * /MUHAMMAD ASHARI

KORAN PR -
Mahasiswa dinilai perlu diarahkan juga untuk memperhatikan keberlanjutan lingkungan hidup dalam berkreasi. Mereka tidak diarahkan semata-mata pada menciptakan suatu produk saja ketika di dunia kerja atau wirausaha.

Dekan BINUS University School of Engineering, Fergyanto E. Gunawan mengatakan, orientasi terhadap keberlanjutan lingkungan hidup menjadi hal yang penting juga pada saat ini. Oleh sebab itu, pihaknya mencoba mengarahkan mahasiswanya untuk memiliki terobosan yang memadukan antara penciptaan sebuah produk dengan upaya pemeliharan lingkungan hidup.

“Saat ini, yang terpenting bukan hanya bagaimana seseorang bisa membuat produk, tapi juga menciptakan barang yang tidak membahayakan lingkungan. Nilai-nilai seperti ini jugalah yang coba kami ajarkan,” kata Fergyanto dalam keterangan persnya, Kamis, 23 Februari 2023.

Ia menambahkan, pihaknya kini fokus mengembangkan skill dan kompetensi para mahasiswanya. Dengan harapan, mereka bisa menjadi alumni yang tak hanya membanggakan almamater, tapi juga tanah air.

Saat ini pihaknya juga bekerja sama dengan ASO College Group di Jepang dalam BINUS ASO School of Engineering (BASE). Kerjasama juga meliputi pemanfaatan kurikulum Jepang, yakni Product Design Engineering dan Automotive Robotics Engineering.

"Kami mendorong mahasiswa untuk menjadi spesialis engineering yang berkualitas," katanya.

Tak sekadar kurikulum, ujarnya, pihaknya juga rutin mengadakan summer program di mana mahasiswa bisa mengikuti internship dan belajar di Jepang secara langsung. Sistem perkuliahan juga diperkuat dengan pemanfaatan teknologi terkini untuk membantu mahasiswa BASE mengoptimalkan potensi serta kemampuan.

Memanfaatkan pohon palma

Salah satu contoh praktik mengenai paduan antara kemampuan teknik dan keberlanjutan lingkungan hidup adalah bisnis yang diinisasi oleh alumni BASE, yakni Alexander Kevin Daniel Samara, Devin Edgar Tolopan Sianturi, dan Iwa Sanjaya. Ketiganya merupakan penemu Ramahija, sebuah brand usaha sosial yang memberdayakan masyarakat adat di Atambua, Indonesia.

Ramahija menjadi sebuah bisnis produk di kawasan Pulau Timor yang memanfaatkan pohon palma sebagai bahan baku utama produk yang dijualnya.

Salah satu penemu, yakni Alexander, mengatakan, hampir semua bagian dari pohon palma dapat diolah untuk digunakan. "Inilah yang membuat Ramahija menjadi merek dengan prinsip utama sustainability," katanya.

Lebih lanjut, Alex menjelaskan bahwa ada empat pilar sustainability yang berusaha ia junjung melalui brand usaha sosialnya ini, yaitu women empowerment, cultural sustainability, nature conservation, serta adaptive innovation.

Keempat pilar ini yang, diakui Alex, menjadi solusi atas berbagai keresahan yang sebelumnya pernah meliputi dirinya. Ia bercerita, pada awal kuliah, muncul perasaan bahwa mata kuliah yang diberikan oleh BASE sebagian besar berbau teknik.

Barulah kemudian dirinya mendapatkan pemahaman dari salah satu dosen pengajarnya bahwa menciptakan sebuah produk tidak boleh sekadar menarik saja, melainkan juga harus bisa berfungsi atau memiliki daya guna.

“Sejak saat itu, saya jadi sadar bahwa desain dan teknik tidak bisa dipisahkan. Keduanya harus berjalan beriringan untuk menciptakan output yang benar-benar punya daya guna,” ujar Alex.

Pemahaman tersebutlah yang kemudian mengantarkannya untuk membangun Ramahija. Khususnya lagi, keempat pilar yang telah disinggung dia sebelumnya, dianggap menjadi solusi atas keresahan selama ini. "Bagaimana menciptakan produk yang menarik, berguna, namun tidak membahayakan lingkungan," kata dia mengenai solusi keresahannya itu. ***

Editor: Kismi Dwi Astuti

Sumber: Rilis


Tags

Terkini