Menko PMK Nilai Post Truth Jadi Tantangan Tradisi Intelektual

- 21 Februari 2023, 11:30 WIB
Menko PMK Muhadjir Effendy.*
Menko PMK Muhadjir Effendy.* /Dok. Kemenko PMK

KORAN PR - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir mengatakan, tradisi intelektual dewasa ini sudah bergeser. Menurut dia, tantangan terberat untuk menegakkan kembali intelektualitas adalah malasnya baca buku.

Menko PMK menerangkan, era saat ini sudah berubah, di mana pada zaman dahulu kadar intelektual seseorang diukur dari banyaknya buku yang telah dibaca dan dimilikinya. Akan tetapi, era teknologi dan informasi yang berkembang pesat membuat semua akses informasi bisa didapat dengan mudah melalui internet dan gawai pintar.

Hal itu disampaikannya pada Stadium Generale Intermediate Training Regional Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) se-Jabodetabeka Banten, yang berlangsung di Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional, Kampus II UIN Syarif Hidayatullah, Tangerang Selatan, pada Senin 22 Februari 2023 malam.

"Sekarang dengan gampangnya kita mendapatkan informasi dibantu dengan 'mbah google'. Dulu kalau kita mau mencari informasi rujukan kita harus berburu dari satu perpustakaan ke perpustakaan lain, sekarang sambil tiduran saja bisa tersedia," ujarnya.

Dampak dari mudahnya akses informasi, kata Menko PMK adalah semakin sulitnya memperoleh pola berpikir yang mendalam. Kemudian, daya tahan baca anak zaman sekarang ini tidak sekuat orang dulu.

Lebih lanjut, menurut dia, mudahnya mendapatkan informasi membuat keilmuan yang didapat tidak mendalam dan tidak mencerdaskan. Hal itu karena tidak adanya tantangan untuk berburu sumber. Kata dia, dengan mudahnya mendapatkan informasi tidak akan menghasilkan karya keilmuan yang mendalam.

"Inilah problem kita untuk kembali menegaskan tradisi intelektual di era post truth sekarang ini. Era ini betul-betul menghilangkan posisi intelektual itu," ucapnya.

Karena itu, dia mengatakan, tantangan dari HMI adalah untuk kembali menghidupkan tradisi intelektual seperti sedia kala, yaitu dengan mendalami keilmuan melalui sumber utama buku, tidak hanya mengandalkan informasi yang bersumber dari dunia maya.

"Inilah tantangan HMI untuk mengembalikan intelektualitas, sesuai tujuan utama HMI, yaitu terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi, yang bernafaskan Islam," ungkapnya.

Halaman:

Editor: Kismi Dwi Astuti


Tags

Terkini

x