Banyak Siswa Belum Capai Kompetensi Literasi Minimum, Peran Mahasiswa Diharapkan

17 Februari 2023, 20:13 WIB
MAHASISWA yang akan mengajar di SD-SMP tengah mendapatkan pembekalan di Balai Besar Penjaminan Mutu Provinsi Jawa Timur, Kota Surabaya, Jumat 17 Februari 2023. /MUHAMMAD ASHARI

KORAN PR - Asesmen Nasional tahun 2021 yang dilakukan Kemendikbudristek menunjukkan hanya sekitar 50 persen siswa sekolah memiliki kemampuan literasi yang memenuhi standar kompetensi minimum. Program Kampus Mengajar di SD dan SMP diharapkan bisa turut mendongkrak kemampuan literasi siswa.

Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah, Iwan Syahril menyebutkan, data AN 2021 itu menunjukkan banyak siswa yang belum berkesempatan untuk mengembangkan kompetensi dasar yang diperlukan untuk masa depannya kelak. Meski sebagian besar siswa telah memiliki kesempatan bersekolah.

“Padahal, literasi dan numerasi adalah kecakapan dasar yang diperlukan,” katanya dalam pelepasan mahasiswa melalui Program Kampus Mengajar, Jumat 17 Februari 2023.

Di tengah upaya pengembangan kemampuan literasi minimum itu, Iwan mengharapkan mahasiswa yang akan mengajar di berbagai SD-SMP bisa berkontribusi meningkatkan kemampuan literasi dan numerasi siswa.

Wakil Rektor I Universitas Muhammadiyah Malang, Syamsul Arifin mengatakan, terdapat ketidakmerataan dalam dunia pendidikan saat ini. Disparitas dalam dunia pendidikan terjadi, baik dari segi kuantitas maupun kualitas.

“Kuantitas itu mungkin jumlah gurunya. Itu saya pernah riset. Kelihatan disparitas itu, baik fisik, kuantitas. Maupun kualitas, itu termasuk kemampuan guru dalam mengajar,” katanya.

Terkait dengan disparitas dalam hal kemampuan guru mengajar, Syamsul mengaku menemukan kasus guru lulusan SMA yang mengajar. Menurutnya, hal itu bisa berpengaruh terhadap kompetensi murid yang diajarnya.

Dalam konteks itu, Syamsul menilai kontribusi mahasiswa yang mengajar di SD dan SMP menjadi penting. “Diharapkan, terutama mahasiswa dari kampus yang bagus, bisa memberikan pengalaman-pengalaman dimana guru yang bersangkutan mungkin tidak memilikinya. Mahasiswa mungkin bisa sharing, bisa ditularkan,” katanya.

Ia mencontohkan pengalaman literasi digital yang bisa dibagikan oleh mahasiswa. Dimana guru-guru tertentu belum memiliki pemahaman terhadap hal tersebut.

Ekstrakurikuler

Sementara itu, mahasiswa peserta Kampus Mengajar dari Universitas Negeri Surabaya, Mohamad Alfi Abruri, mengatakan, selain mengajar seputar literasi dan numerasi, dia juga berencana untuk membangkitkan kembali kegiatan ekstrakurikuler sepak bola di sekolah tempatnya mengajar kelak.

Alfi merupakan mahasiswa prodi pendidikan jasmani, kesehatan dan rekreasi. Latar belakang itu yang memicunya untuk membangkitkan kembali ekstrakurikuler yang redup di sekolah tujuannya mengajar.

“Sebelumnya saya telah observasi ke tempat saya mengajar kelak. Dari obrolan dengan guru di sana, muncul tentang kegiatan ekstrakurikuler yang redup tersebut. Dari situ terpikir untuk mencoba mengadakannya lagi,” tuturnya di sela-sela pelepasan peserta Kampus Mengajar di Balai Besar Penjaminan Mutu Provinsi Jawa Timur, Kota Surabaya.

21.045 mahasiswa mengajar

Sebagaimana diketahui, sebanyak 21.045 mahasiswa di 34 provinsi secara serempak dilepas untuk mengajar di SD-SMP. Para mahasiswa yang mengikuti program Kampus Mengajar itu tergolong sebagai peserta dari Angkatan ke-5. Dalam praktiknya, mereka diarahkan untuk mengajar serta berkreasi yang bertujuan akhir meningkatkan kemampuan literasi dan numerasi siswa.

“Dengan fokus pada peningkatan literasi dan numerasi, mahasiswa peserta program diharapkan menjadi mitra guru dalam mengembangkan strategi pembelajaran yang efektif, yang disesuaikan dengan kebutuhan setiap sekolah sasaran, sehingga mampu mengejar ketertinggalan yang dialami para siswa akibat learning loss,” ujar Iwan Syahril.

Iwan menambahkan, pada praktiknya, selain peningkatan literasi dan numerasi bagi siswa di sekolah sasaran, pengalaman mengajar diharapkan dapat mengembangkan kompetensi mahasiswa peserta program dalam hal kepemimpinan, kreativitas dan inovasi, penyelesaian masalah, komunikasi, manajemen tim, serta peningkatan cara berpikir analitis.

Mendikbudristek Nadiem Makarim mengatakan, sebelum mahasiswa berangkat mengajar di SD dan SMP, mereka telah diberikan pembekalan. Selama tiga minggu, mahasiswa dibekali dengan beragam kompetensi dasar seperti pedagogis, manajemen kelas, strategi literasi dan numerasi, serta implementasi Kurikulum Merdeka.

Selain itu, katanya, mahasiswa juga dibekali dengan pengetahuan terkait komunikasi dan adaptasi budaya serta materi-materi lainnya yang dapat membantu mereka selama menjalani penugasan.

Menurut Nadiem, dengan modal ilmu pengetahuan yang diperoleh di kampus masing-masing, ditambah dengan bekal materi yang diberikan pada saat mengikuti pembekalan, mahasiswa dapat terjun langsung mengajar.

“Saya percaya adik-adik mahasiswa sudah siap untuk terjun langsung ke lahan pengabdian mereka, SD dan SMP di seluruh Indonesia, yang untuk angkatan ini berjumlah lebih dari 5.000 sekolah,” katanya. ***

Editor: Kismi Dwi Astuti

Tags

Terkini

Terpopuler