Menaker Minta Para Pegawai Tetap Produktif Selama Ramadan

- 21 Maret 2023, 18:14 WIB
Menaker Ida Fauziyah menghadiri  Silahturahmi pegawai menyambut Ramadan dengan tausiyah dari ustadz Arrazy Hasyim (kiri) di Jakarta, Senin 20 Maret 2023.***
Menaker Ida Fauziyah menghadiri Silahturahmi pegawai menyambut Ramadan dengan tausiyah dari ustadz Arrazy Hasyim (kiri) di Jakarta, Senin 20 Maret 2023.*** /Satrio Widianto

KORAN PR - Dalam rangka menyambut bulan suci Ramadan 1444 H, Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) mengadakan Silaturahmi Pegawai di Gedung Vokasi Jalan Jenderal Gatot Subroto Kav. 44 Jakarta Selatan, Senin 20 Maret 2023.

Menteri Ketenagakerjaan, Ida Fauziyah dalam sambutannya meminta para pegawai Kemnaker untuk tetap semangat dan menjaga produktivitas kerjanya selama bulan suci Ramadan.

Menurut Menaker, bulan Ramadan tidak boleh menjadi penghalang bagi siapapun untuk melakukan ibadah, baik ibadah yang bersifat individual maupun ibadah sosial, termasuk ibadah dengan cara memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat.

"Saya berharap kepada semua pegawai di Kementerian Ketenagakerjaan untuk tetap produktif selama bulan Ramadan, sehingga dapat mencapai derajat Ramadan yang berkualitas," kata Menaker dalam acara bertajuk Ramadhan Berkualitas, Perkuat Solidaritas, Tingkatkan Produktivitas Kerja dengan tausiyah dari Buya Arrazy Hasyim dan pemberian santunan kepada anak yatim piatu.

Menaker lebih lanjut mengatakan bahwa bulan Ramadan merupakan bulan yang sangat baik bagi para pegawai Kemnaker selaku pelayan masyarakat untuk terus meningkatkan kedisiplinan dan integritas.

"Bulan Ramadan ini momentum yang baik bagi kita semua untuk senantiasa meningkatkan kedisiplinan dan integritas," ucapnya.

Keistimewaan Ramadan

Buya Arrazy Hasyim dalam ceramahnya mengatakan, Ramadan, bulan teristimewa yang di dalamnya terdapat limpahan keutamaan.

"Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Islam itu dibangun di atas lima dasar: persaksian (syahadat) bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah subhanahu wa ta’ala dan Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, haji (ke Baitullah) dan puasa di bulan Ramadhan." (HR. Al Bukhari dan Muslim)."

Berdasarkan hadist tersebut, kita ketahui bahwasanya puasa di bulan Ramadan termasuk ke dalam lima rukun Islam. Namun, puasa seperti apa yang dimaksud? Apakah hanya menahan lapar dan dahaga? Ataukah ada makna mendalam yang menyertainya?

Dalam kitab Ihya Ulumuddin Jilid I karya Imam Al-Ghazali, tentang paparan rahasia-rahasia puasa dan syarat-syarat batiniyahnya, diketahui bahwa puasa terdapat tiga tingkat, di antaranya puasa umum, puasa khusus, dan puasa yang khusus dari khusus (lebih dari khusus lagi).

Dari ketiga tingkatan orang berpuasa tersebut, Buya Arrazy Hasyim mengatakan, Ramadan yang kita temukan minimal berada pada tingkat puasa kedua yaitu puasa khusus, melatih nafsiah atau ego.

Ia berpesan agar kita jangan hanya berpuas diri berada pada tingkatan puasa awam yang hanya menahan lapar, dahaga, dan syahwat.

"Puasa tingkat awam, puasa zahir, niatnya akan membuat kuat dalam berlapar-lapar dan itu cukup. Cuma, sayang sekali, karena puasa ini hanya menahan lapar dan dahaga atau hanya menahan hasrat nafsu," paparnya.

Guna memaksimalkan puasa di bulan Ramadan, Buya Arrazy menyarankan agar momentum tersebut bisa membawa kita pada tingkat puasa kedua, yaitu puasa nafsiah atau disebut sebagai puasa khawash (khusus). Allah SWT akan lebih menghidupkan qalbu ketika kita berpuasa nafsiah.

"Puasa Ramadan yang kita cari minimal (Ada di tingkat puasa ke dua) yaitu puasa nafsiah, latihlah dirimu, minta fatwa ke dalam qalbumu," ucapnya.

Berdasarkan paparan Imam Al-Ghazali, puasa khusus yaitu mencegah segala anggota badan dari dosa, dan kesempurnaannya adalah dengan enam perkara, di antaranya memincingkan mata dan mencegahnya daripada meluaskan pandangan kepada tiap-tiap yang dicela dan dimakruhkan serta kepada tiap-tiap yang membimbangkan dan melalaikan hati daripada mengingati Allah SWT.

"Rasulullah SAW bersabda: Puasa itu adalah perisai, apabila seseorang di antara kamu sedang berpuasa maka janganlah berkata kotor dan jangan pula berbuat fasik. Jika ada seseorang yang menyerangnya atau mencacinya, maka hendaklah ia berkata 'sesungguhnya aku sedang berpuasa, sesungguhnya aku sedang berpuasa," katanya. ***

Editor: Kismi Dwi Astuti


Tags

Terkini

x